Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia memberi sinyal bahwa ruang lingkup penurunan suku bunga acuan BI rate akan lebih sempit dari perkiraan sebelumnya, mengingat risiko global, terutama situasi politik di Amerika Serikat. 

Ekonom Bahana Sekuritas Putera Satria Sambijantoro menyoroti sikap hawkish Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo dan mengatakan dinamika global yang pesat menyebabkan fokus BI beralih kembali ke stabilitas. 

Satria berasumsi tidak akan ada lagi penurunan pada tahun ini. Namun tahun depan penurunan BI rate akan dibatasi hanya dua kali pemotongan masing-masing sebesar 25 basis poin. Artinya terjadi penurunan sebesar 50 basis poin menjadi 5,5% sepanjang tahun. 

“Asumsi BI rate kami adalah 5,5% untuk setahun penuh 2025, dengan asumsi teknis penurunan suku bunga indeks dolar pada awal tahun depan,” ujarnya dalam keterangan resmi yang dipublikasikan pada Kamis, 21 November 2024. 

BI kemungkinan akan menciptakan ruang penurunan hanya jika rupiah naik ke atau di bawah Rp15.200 per dolar AS dan imbal hasil Treasury AS tenor 10 tahun turun di bawah 3,7%. 

Bahkan, Satria menilai jika dolar melemah karena faktor musiman, maka rupee hanya bisa terapresiasi di kisaran Rp 15.500-15.600 – selama tujuh tahun terakhir, DXY rata-rata turun 1,5% per dolar AS di bulan Desember. 

Sementara itu, Ekonom Bloomberg Tamara Mast Henderson mencatat, meski Bank Indonesia masih melihat adanya ruang untuk penurunan lebih lanjut, namun sebenarnya Bank Indonesia melihat ke arah yang berbeda. 

“Kami tidak menutup kemungkinan terjadinya kenaikan dalam 12 bulan ke depan jika penguatan dolar mulai menguras likuiditas atau perkembangan geopolitik memicu penghindaran risiko,” ujarnya dalam keterangan resminya, Rabu (20/11/2024). 

Faktanya, Tamara tidak lagi memperkirakan BI akan menurunkan suku bunga pada bulan Desember dan ragu BI akan menurunkan suku bunga lebih lanjut pada paruh pertama tahun 2025.

Pendapat lain Kepala Ekonom PT Bank Permata Tbk (BNLI) Josua Pardede tetap optimis BI akan menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 5,75% pada Desember. 

Ke depan, Joshua memperkirakan penurunan 25 basis poin menjadi 5,5% pada tahun 2025. 

Pasar kemungkinan akan lebih bergejolak pada saat ini karena Presiden terpilih Donald Trump kembali menjabat dan mulai melaksanakan janji-janji kampanyenya, termasuk tarif yang lebih tinggi. 

Sebelumnya, Gubernur BI Perry Warjiyo sempat mengatakan rendahnya inflasi yang dibarengi dengan tingginya pertumbuhan ekonomi dalam negeri membuka peluang penurunan suku bunga BI. 

Namun, partai perlu tetap mencermati perkembangan data dan dinamika kondisi yang berkembang, serta pergerakan nilai tukar rupee dan prospek inflasi, untuk menilai apakah masih ada ruang untuk penurunan suku bunga BI lebih lanjut. 

“Apakah masih ada ruang untuk penurunan suku bunga? Masih terbuka, tapi tergantung banget [rupiah, inflasi, dan dinamika global], sabar,” ujarnya dalam konferensi pers hasil Rapat Direksi (RDG) pada Rabu, 20 November 2024. 

Untuk berita dan artikel lainnya, kunjungi Google Berita dan Saluran WA