Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah menguat setelah mencapai Rp16.000 per dolar AS pada pertengahan tahun ini. Mirae Asset Sekuritas Indonesia juga memperkirakan masih ada ruang apresiasi rupiah karena sejumlah faktor.

Sempat anjlok ke Rp16.000 per USD pada April 2024, kini rupiah kembali pulih. Rupiah menguat 5% pada Agustus 2024, atau hanya 0,4% year-to-date (YtD) 2024, ditutup pada Rp15.455, tertinggi sejak 29 Desember 2023.

Pada perdagangan kemarin, rupiah ditutup melemah 0,51% atau 78,5 poin ke Rp 15.456 pada Senin (9 September 2024). Pada saat yang sama, indeks dolar terpantau meningkat 0,39% menjadi 101.574. 

Mirae Asset Sekuritas Indonesia Fixed Income Research Karinska Salsabila Priyatno mengatakan, penguatan rupiah didukung fundamental perekonomian Indonesia yang kokoh. Selain itu, ekspektasi terhadap penurunan suku bunga The Fed semakin menguat, dipicu oleh tanda-tanda pelemahan perekonomian AS, seperti melemahnya pasar tenaga kerja dan terkendalinya inflasi. 

Seiring dengan sinyal The Fed, ekspektasi penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) juga menguat sehingga mendorong permintaan surat utang rupiah. 

Mirae Asset Sekuritas Indonesia mempertahankan estimasi suku bunga kebijakan BI sebesar 5,75% tahun ini, dengan asumsi nilai tukar rupiah stabil. Mirae Asset Sekuritas Indonesia juga memperkirakan suku bunga sebesar 5% untuk tahun depan.

“Kami yakin rupiah akan terus menguat karena tren kebijakan suku bunga AS dan disiplin fiskal yang kuat,” tulis Karinska dalam catatan risetnya, Selasa (9 Oktober 2024).

Sementara itu, Mirae Asset Sekuritas Indonesia memperkirakan rupiah akan tetap pada level saat ini dengan perkiraan Rp 15.415 per dolar AS pada akhir tahun. Rupiah diperkirakan akan terus menguat pada tahun depan dengan target apresiasi jangka panjang sebesar Rp15.015 per USD pada akhir tahun 2025. 

Terlepas dari tren bullish baru-baru ini, Mirae Asset Sekuritas Indonesia memperkirakan koreksi rupiah dalam jangka menengah dalam penelitiannya. 

Volatilitas nilai tukar rupiah dalam perspektif jangka menengah dipengaruhi oleh sentimen pengumuman Kabinet Menteri oleh Presiden terpilih RI, Prabowo Subianto. Selain itu, terdapat sentimen yang kuat seputar pemilu pemimpin daerah dan pemilu presiden AS.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel