Bisnis.com, JAKARTA – Cedera yang dialami Prabo akibat terjatuh menyebabkan ia harus menjalani operasi besar yang dijalaninya belum lama ini.

Laporan dari stewartlaw.com, ada tiga jenis skydiving yaitu tandem jump, static line jump, dan accelerated freediving.  Di bawah ini penjelasan mengenai jenis-jenis terjun payung dan risiko cederanya: 1. Lompat tandem

Lompat tandem biasanya dilakukan oleh pelompat pemula yang didampingi instruktur berpengalaman.

Dari ketiga jenis lompatan tersebut, lompat tandem memiliki profil risiko paling rendah, dengan risiko cedera sekitar satu per 1.000 lompatan dan profil kematian 0,12 per 100.000 lompatan.

Untuk pelompat, persyaratan pelatihan terbatas karena instruktur memiliki kendali penuh atas lompatan tersebut. 2. Lompat ke garis statis

Lompatan garis statis adalah ketika parasut terbuka dalam hitungan detik setelah meninggalkan pesawat melalui ‘garis statis’. Tingkat cedera pada pemula adalah sekitar empat per 1.000 lompatan.

Jumper diharuskan untuk dilatih sesuai dengan sistem operasi dan manual pelatihan kategori BPA.

Jika pelatihan diterapkan secara ketat, para penerjun harus dilengkapi perlengkapan lengkap untuk melakukan terjun payung yang aman. 3. Percepatan lompat jatuh bebas

Lompatan ini melibatkan jatuh bebas beberapa ribu kaki sebelum pelompat membuka parasutnya. Dua instruktur terjun payung berpengalaman akan menemani pemula. Tingkat cedera sekitar satu per 200 lompatan. Pelompat harus melalui proses latihan yang sama seperti yang diberikan pada pelompat garis statis.

Pengertian cedera sangat luas, mulai dari luka ringan dan memar hingga cedera berat seperti patah tulang atau cedera tulang belakang. Kebanyakan cedera akibat terjun payung bersifat signifikan dan mengubah hidup.

Dengan menggabungkan data dari semua level pelompat, terdapat tingkat cedera sebesar 0,5 per 1.000 lompatan antara tahun 2016 dan 2020.

Mengingat jumlah kematian yang relatif kecil, datanya harus diperluas hingga 20 tahun terakhir. Antara tahun 2001 dan 2020, dari seluruh pelompat (5.440.637 lompatan), terdapat 39 kematian. Ini berarti tingkat kematian sekitar 0,7 per 100.000 lompatan.

Meskipun risiko cedera atau kematian dalam terjun payung relatif rendah, penyelam harus mewaspadai bahayanya karena metode terjun payung yang berbeda memiliki profil risiko yang berbeda pula.

Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel