Bisnis.com, Jakarta – PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) mencanangkan serangkaian langkah yang akan berkontribusi dalam meningkatkan ketahanan farmasi nasional, termasuk mengurangi ketergantungan impor bahan baku farmasi (BBO). TIDAK

Kartika Setiabudi, Direktur Karve Pharma, mengatakan sebagian besar bahan baku farmasi yang digunakan masih impor. Hal ini disebabkan tidak tersedianya bahan baku lokal yang sesuai.

Namun Curve berupaya mengembangkan produk berbahan baku lokal, antara lain produk herbal, produk minuman, dan obat biosimilar, kata Karthika, Senin (9 September 2024). TIDAK

Ia juga menjelaskan berbagai inisiatif yang dilakukan KLBF, termasuk pembuatan fasilitas manufaktur lokal untuk obat generik, biosimilar, dan alat kesehatan. TIDAK

Bahkan, beberapa produk kesehatan sudah mencapai persyaratan Tingkat Bahan Nasional (TKDN). Sementara itu, Kalb memiliki kemitraan strategis dengan Tiongkok untuk membangun fasilitas manufaktur bahan baku farmasi guna mendukung ketahanan farmasi negara dalam jangka panjang.

Sementara itu, Kalbe bersama-sama mendirikan perusahaan patungan dengan Rivzone Pharmaceutical Group Company Limited di China untuk memproduksi bahan baku farmasi dengan investasi awal sebesar Rp 650 miliar.

Perusahaan patungan bernama PT Livezone Pharma India dibentuk oleh anak perusahaan dari perusahaan terkait: PT Global Camindo Megatrading dan Lian SGP Holding Pte.Ltd. Livezone Pharma akan fokus pada pembuatan bahan aktif farmasi (API) dan bahan baku lainnya untuk pasar ekspor, termasuk pasar domestik yang potensial.

Sementara itu, Karthika menjelaskan, upaya telah dilakukan selama bertahun-tahun untuk mengganti bahan baku dengan impor. TIDAK

“Untuk produksi obat hayati, Kalbe memiliki fasilitas produksi untuk menghasilkan bahan baku dan produk jadi dengan belanja modal sekitar Rp 500 miliar sejak tahun 2018,” ujarnya. TIDAK

Lebih lanjut ia menjelaskan, membangun ketahanan farmasi di Indonesia memerlukan kolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan antara lain dunia usaha, investor, mitra strategis, pemerintah, akademisi, dan masyarakat. TIDAK

Selain itu, pengembangan teknologi memerlukan kerja sama antara mitra strategis di sektor bisnis, akademisi, dan penelitian dan pengembangan (R&D). TIDAK

“Perlunya peran pemerintah yang nyata untuk mendukung fase pengembangan industri, misalnya dalam bentuk insentif perpajakan, preferensi penggunaan produk dalam negeri, perizinan, dan lain-lain,” tutupnya. TIDAK

Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel