Bisnis.com, JAKARTA — Gabungan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (Khimki) meminta dukungan pemerintah untuk membantu meningkatkan daya saing industri furnitur nasional guna mendongkrak hasil penjualan dalam negeri dan ekspor. 

Ketua Himki Abdul Sobur mengatakan pihaknya sedang menjajaki pasar potensial untuk mendukung industri yang melemah. Ia juga berharap pemerintah berperan penting dalam mendukung produktivitas industri dalam negeri. 

“Kita perlu melihat contoh Tiongkok dan Vietnam di mana pemerintah semakin mendukung dan mendorong peningkatan daya saing sehingga kapasitas dan skala industri di negaranya meningkat,” kata Sobur pada Bisnis, (26-05-2024). 

Sekadar informasi, BPS mencatat laju pertumbuhan industri furnitur terhadap PDB nasional masih lemah yakni sebesar 1,66% (y/y) pada kuartal I 2024. Sedangkan pada tahun 2023, industri furnitur mengalami penurunan sebesar -2,04 % setiap tahunnya.

Sobur menjelaskan, tren penurunan kinerja tersebut disebabkan lemahnya permintaan dari pasar tradisional, khususnya Amerika dan Eropa. Oleh karena itu, pasar dalam negeri menjadi tumpuan para pelaku industri dalam mencari pasar non-tradisional yang potensial. 

Kondisi makroekonomi yang juga fluktuatif akibat depresiasi rupee dan tingginya suku bunga mendorong para pelaku usaha untuk lebih menjajaki emerging market yang lebih menjanjikan. 

“Kami sedang menjajaki pasar Timur Tengah, India, termasuk Tiongkok, karena potensinya yang menjanjikan, terutama untuk produk-produk unik dan khas yang merupakan niche market,” ujarnya. 

Menurut Sobur, Indonesia perlu mencontoh Tiongkok yang mampu meningkatkan ekspor furniturnya hingga 10 kali lipat dari Indonesia. Ia mencontohkan, dalam beberapa tahun terakhir, rata-rata ekspor Indonesia hanya mencapai US$2,5 miliar, sedangkan Tiongkok mencapai hampir US$20 miliar. 

Lebih lanjut, data Expert Market Research menyebutkan nilai pasar furnitur global pada tahun 2023 tercatat sebesar USD 629 miliar dan pada tahun 2024 diprediksi tumbuh sebesar 5%. Hal ini membuka peluang bagi industri furnitur Indonesia untuk menembus pasar global

“Kami menilai akan lebih tepat jika pemerintah benar-benar mendukung peningkatan daya saing yang memperkuat kapasitas industri agar memberikan dampak yang lebih signifikan,” ujarnya. 

Daya saing industri dapat ditingkatkan melalui sejumlah kebijakan yang merangsang iklim usaha. Dampaknya, volume dan kapasitas produksi akan meningkat dan dapat meningkatkan potensi devisa pendapatan pemerintah. 

Sobur mengapresiasi langkah Kementerian Perindustrian yang kembali menggeliat melalui program restrukturisasi mesin industri pengolahan kayu dan furnitur sebesar Rp 7,5 miliar untuk tahun 2024. 

Namun dari sudut pandang politik, industri furnitur mengharapkan insentif yang tidak membebani kinerja, seperti rencana kenaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12% pada tahun depan. 

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel