Bisnis.com, MAKASSAR – Pemerintah berencana mencari pembiayaan proyek LRT Bali Tahap 1A melalui skema pinjaman atau utang. Beberapa investor asing dikabarkan tertarik untuk ikut serta dalam proyek ini.

Risal Wasal, Direktur Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan (Kemenhub), menjelaskan studi kelayakan proyek LRT Bali oleh konsorsium Korea Selatan telah selesai. Menurut studi ini, proyek tersebut akan membutuhkan sekitar 876 juta USD atau 14,2 triliun.

Risal mengatakan pihaknya berencana membiayai proyek tersebut melalui pinjaman luar negeri. Namun Risal tidak merinci berapa porsi pinjaman yang ditarik pemerintah untuk proyek tersebut.

Namun, Risal mengatakan sudah ada investor asing yang berminat membiayai proyek tersebut.

“Uni Emirat Arab [UEA] tertarik, lalu Inggris juga tertarik membangun jalur kereta api di Bali,” kata Risal, Kamis (13/6/2024).

Ia mengatakan, rencana skema pendanaan ini sebaiknya disampaikan terlebih dahulu kepada Kementerian Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) RI dan masuk dalam blue book dan green book.

Sementara itu, Blue Book merupakan tahapan dimana Bappenas menyetujui beberapa usulan proyek. Sedangkan Green Paper merupakan tahapan persetujuan pendanaan proyek.

“Kita tunggu masuk dalam Blue Book pengembangan pembiayaan LRT Bali Fase 1,” jelas Risal.

Risal menjelaskan, LRT Bali Fase 1A rencananya memiliki panjang 6,04 km. Diusulkan perpanjangan jalur LRT dari Bandara I Gusti Ngurah Rai hingga ruas Jalan Matahari.

Pada fase pertama ini, LRT Bali akan memiliki 5 pemberhentian: Bandara Ngurah Rai, Kuta, Pura Desa Adat, Central Park, dan Sunset Road. Sedangkan depo LRT rencananya berlokasi di kawasan Seminyak.

Jalur LRT Bali rencananya akan dibangun di bawah tanah, ujarnya. Sementara itu, depo LRT akan dibangun sejajar dengan permukaan jalan (at grade).

Simak berita dan artikel lainnya dari Google News dan WA