Bisnis.com, JAKARTA – Badan Pangan Nasional (Bapanas) optimis Indonesia bisa berhenti mengekspor beras dengan mengurangi limbah makanan. Gerakan Hentikan Pemborosan Makanan dianggap sebagai kuncinya.

Sekretaris Utama Bapanas Sarwo Edhy mengatakan, data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan jumlah pangan yang dikonsumsi setiap tahun berkisar 30 persen. Menurutnya, jumlah junk food tersebut bisa digunakan untuk memberi makan 60 hingga 125 juta orang.

Kata Edhy di Jakarta, Selasa (30/7/2024), “Untuk itulah kami menerapkan program Stop Waste of Food.”

Edhy juga mengatakan, jika Indonesia bisa mengurangi sampah makanan sebesar 20%, khususnya beras, maka diperkirakan akan menghemat 6 juta ton beras per tahun.

“Misalnya untuk beras, kebutuhan nasional 31 juta ton [per tahun], rata-rata masyarakat Indonesia membutuhkan 2,6 juta ton per bulan, kalau kita bisa menghemat 20%, kita bisa menghemat sekitar 6 juta ton, itu jumlah yang luar biasa. sesuatu untuk memberi makan sekitar 60 hingga 80 juta orang,” jelasnya.

Dalam upaya menghentikan food waste dengan mengurangi food waste, Edhy mengatakan, Indonesia bisa menghindari impor beras. Pada saat yang sama, selama dua tahun terakhir, Indonesia harus mengimpor jutaan beras untuk memenuhi kebutuhan pangan dan cadangan dalam negeri.

Artinya kalau kita bisa menghemat 20% saja untuk beras misalnya, tidak perlu impor. Ini yang perlu kita pahami, ujarnya.

Sebagai informasi, pemerintah mengalokasikan kuota impor pangan sebesar 3,6 juta ton pada tahun 2024. Sementara itu, Perum Bulog menyebutkan impor beras terkini mencapai 2,5 juta ton yang sebagian besar merupakan impor. Rendahnya produksi dan meningkatnya kebutuhan program bantuan pangan disebut-sebut menjadi alasan pemerintah memutuskan mengimpor beras.

Berdasarkan informasi Bisnis.com, Senin (24/6/2024), Anggota Parlemen KSP III Edy Priyono mengakui produksi beras nasional berada dalam situasi kritis. Produksi beras pada Januari hingga April 2024 tercatat sebesar 10,27 juta ton, lebih rendah dibandingkan produksi beras pada periode yang sama tahun lalu sebesar 12,98 juta ton.

“Ini adalah penurunan yang sangat besar, artinya surplus pada Januari-April sangat kecil, dari sebelumnya 2,82 juta ton menjadi 0,67 juta ton [tahun ini]. Kita mungkin akan mulai mengalami defisit pada bulan depan.” kata Edy dalam rapat koordinasi pengendalian inflasi daerah, Senin (24/6/2024).

Dia mengatakan penurunan produksi padi tahun ini tidak bisa dibedakan dengan penurunan luas panen. Pada periode Januari-April 2023, luas panen padi tercatat 4,2 juta hektar, pada tahun ini pada periode yang sama luas panen hanya 3,5 juta hektar.

Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel