Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah berisiko merugi setidaknya Rp 10 triliun akibat rencana pelarangan ekspor tembaga pada tahun depan.
Direktur Bea dan Cukai Kementerian Keuangan Askolani mengungkapkan, penerimaan pungutan ekspor konsentrat tembaga selama ini sangat tinggi. Dia mencontohkan, pada Januari hingga Oktober 2024, nilai ekspor konsentrat tembaga mencapai Rp 10 triliun.
Jumlah tersebut mungkin akan bertambah hingga akhir tahun 2024. Oleh karena itu, jika larangan ekspor konsentrat tembaga diterapkan, pemerintah tidak lagi dapat menerima uang dari ekspor produk tersebut.
“Tentunya kami akan mengikuti ketentuan Kementerian ESDM yang akan mengatur hal ini, yang rencananya akan dilaksanakan pada awal Januari 2025,” kata Askolani dalam konferensi pers APBN kita di Kementerian Keuangan, Jakarta Pusat, yang disampaikan kemarin. Sabtu (9/11/2024).
Ia menjelaskan, kebijakan pelarangan penjualan produk tembaga ke luar negeri menjadi alasan komitmen pemerintah dalam mengurangi sungai. Meski berpotensi merugi triliunan dolar per tahun, Askolani yakin ada tiga manfaat yang bisa didapat dari pelarangan ekspor tembaga.
Pertama, menurut dia, penurunan produksi tembaga akan menyebabkan tambahan investasi pembangunan smelter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Kedua, turunnya harga tembaga diyakini juga akan berdampak pada tambahan PPN dan PPh dari perusahaan. Oleh karena itu, lanjut Askolani, akan terjadi pertukaran sumber pendapatan dari pajak luar negeri menjadi pajak.
Dan yang ketiga, rencana ini tentunya akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja, sehingga akan kita evaluasi hingga tercapai pada tahun 2025, ujarnya.
Selain itu, Askolani mengatakan, ke depan Otoritas Bea dan Cukai akan fokus pada impor barang dari produk minyak sawit (CPO) yang bernilai tinggi. Menurut Askolani, pemerintah memperoleh rata-rata Rp5 triliun dari kegiatan ekspor CPO setiap tahunnya.
Untuk lebih jelasnya, Keputusan Menteri Perdagangan (Permendag) sebelumnya No. 22/2023 melarang ekspor beberapa produk pertambangan mulai 1 Juni 2024, salah satunya tembaga.
Namun seiring berjalannya waktu, pemerintah memutuskan untuk menunda larangan tersebut hingga 31 Desember 2024 melalui Keputusan Menteri Perdagangan No. 10 Tahun 2024 yang merupakan perubahan atas Peraturan Menteri Perdagangan No. 22/2023.
Dengan demikian, larangan impor besi laterit, bijih tembaga, bijih seng, bijih timah diterapkan mulai 1 Januari 2025.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel