Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Perdagangan (Kemendag) tengah menyiapkan sejumlah strategi untuk menjaga kinerja ekspor baja dan baja dengan mengharapkan penerapan Carbon Border Adjustment Mechanism (CBAM) di Uni Eropa pada tahun 2026. sektor ini adalah sektor yang paling terkena dampak kebijakan CBAM.
Mardyana Listyowati, Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan Mardyana Listyowati mengatakan salah satu upaya pemerintah dalam hal ini Kementerian Perdagangan adalah dengan memperkuat industri besi dan baja dalam negeri.
Tentu kita siapkan alatnya, kita perkuat industri dalam negeri (besi dan baja), kata Dyna di sela-sela Indonesia Trade Fair (TEI) ke-39 di ICE BSD, Tangerang, Banten, Sabtu (12/10). /2024).
Selain memperkuat industri dalam negeri, pemerintah juga berencana menjajal pasar nontradisional dan membuka pasar baru untuk mempertahankan pasar ekspor baja.
Pak Dyna juga menyampaikan bahwa pemerintah akan menjalin kerja sama dengan negara-negara produsen baja yang terkena dampak kebijakan ini.
“Maka kami akan mengambil tindakan-tindakan yang diperlukan sesuai aturan yang ada,” ujarnya.
CBAM adalah pengurangan emisi karbon dengan menaikkan tarif atau bea masuk atas barang yang diimpor ke UE. Pada tahap awal, CBAM akan digunakan untuk mengimpor jenis barang tertentu dengan tingkat emisi tinggi dan risiko kebocoran karbon yang tinggi seperti semen, besi dan baja, aluminium, pupuk, listrik, dan hidrogen.
Analis perdagangan, pakar tingkat menengah Pusat Kebijakan Perdagangan Internasional, BKPerdag, Kementerian Perdagangan, Ferry Samuel Jacob, sebelumnya mengatakan sektor besi dan baja serta aluminium akan menjadi sektor barang yang paling terdampak jika CBAM diterapkan. Sebab, besi, baja, dan alumunium merupakan impor terbesar Uni dari Indonesia.
“Kalau kita melihat struktur perdagangan Indonesia dengan Uni Eropa, yang paling terkena dampaknya adalah baja dan aluminium,” kata Ferry dalam konferensi Expo Indonesia (TEI) 2024, Kamis (10/10/10). 2024).
Dalam pemaparan Ferry, nilai impor UE dari Indonesia untuk produksi produk besi dan baja akan mencapai $904 juta pada tahun 2023, disusul $89 juta. Uni Eropa tidak mengimpor listrik, pupuk dan hidrogen, serta semen dari Indonesia.
Kinerja ekspor besi dan baja serta aluminium juga diperkirakan mengalami penurunan pada lima tahun pertama penerapan CBAM. Namun, dia yakin ekspor produk ini akan kembali tumbuh karena adanya penyesuaian struktur internal dalam negeri.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel