Bisnis.com, Padang – Indonesia sedang mempertimbangkan potensi kolaborasi sektor energi dengan negara-negara Afrika di bidang mineral kritis untuk mengembangkan ekosistem baterai kendaraan listrik (EV).

Abdul Kadir Jailani, Direktur Jenderal Urusan Asia-Pasifik dan Afrika Kementerian Luar Negeri Indonesia, mengatakan Indonesia tidak bisa hanya mengandalkan tambang nikel untuk mengembangkan ekosistem baterai kendaraan listriknya.

“Pada saat yang sama, kita tahu bahwa mineral kritis yang kita butuhkan bukan hanya nikel, masih banyak lainnya, dan kita tahu beberapa negara Afrika juga memiliki mineral kritis,” kata Kadir dalam konferensi pers persiapan IAF 2024 dan HLF. Potensi MSP.” , Minggu (1 September 2024).

Kadir mengatakan, Indonesia membutuhkan mineral penting dalam pembuatan baterai kendaraan listrik dalam jumlah besar, dan mineral tersebut tidak hanya terbatas pada nikel.

Diketahui, selain nikel, baterai kendaraan listrik juga terbuat dari litium, kobalt, mangan, alumina, timah, dan bahan lainnya.

Menurut catatan Kementerian Luar Negeri RI, negara-negara Afrika akan berperan penting karena memiliki kekayaan mineral yang penting, seperti kobalt yang menyumbang 55% cadangan dunia, mangan 48%, grafit 22%, dan lain-lain. .

“Saya contohkan seperti kerjasama MIND ID dengan Stamico Tanzania, dimana tahun lalu kedua belah pihak sepakat untuk berkolaborasi dalam bidang lithium,” ujarnya.

Perjanjian tersebut ditandatangani pada Agustus 2023 ketika BUMN industri pertambangan Holding MIND ID mengunjungi Tanzania dan menandatangani Nota Kesepahaman dengan National Mining Corporation (Stamico).

Selain itu, Kadir juga menyampaikan kerja sama energi antara Indonesia dan Afrika sangat bermanfaat bagi proses transisi energi yang juga membutuhkan mineral utama.

“Kami tahu kami tidak bisa mengisi stok sendirian, kami perlu bekerja sama, dan kami tahu Afrika punya banyak potensi,” jelasnya.​

Selain itu, Devi Justicia Mediwadi, Direktur Divisi Afrika Departemen Asia-Pasifik dan Afrika Kementerian Luar Negeri RI, mengatakan selain kerja sama di bidang mineral utama, negara-negara Afrika juga berharap dapat belajar dari upaya pertambangan mineral Indonesia. .​

“Seperti mereka dan kami, kami juga telah memajukan bisnis hilir dan mereka ingin belajar bagaimana membuat produk yang bernilai tambah dibandingkan hanya mengekspor bijih mentah. Itu yang diinginkan negara-negara Afrika,” jelasnya. .​

Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel