Bisnis.com, Jakarta – Pimpinan Pusat Muhammadiyah merespons isu terkait rencana pemerintah memberikan izin usaha pertambangan (IUP) kepada organisasi keagamaan.
Sementara itu, rencana tersebut pertama kali disampaikan oleh Menteri Investasi/Ketua Badan Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia.
Sekretaris Jenderal PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti mengatakan, pihaknya belum pernah bertemu dengan pemerintah maupun perorangan untuk membahas pembagian IUP pertambangan.
Menteri Bahlil tidak pernah berdiskusi dengan Muhammadiyah terkait persoalan pertambangan, kata Abdul saat dihubungi Bisnis, Rabu (22/5/2024).
Abdul mengatakan, pihaknya tak mau berasumsi IUP akan disalurkan ke organisasi keagamaan besar.
Sekadar informasi, Bahlil Lahadalia mengungkap rencana pemberian IUP kepada organisasi keagamaan besar. Menurut dia, proses pemberian IUP akan sesuai standar.
Bahlil mengatakan, alasan pemberian IUP kepada organisasi keagamaan sebesar itu karena berkaitan dengan peran ormas pada masa perjuangan kemerdekaan.
“Logikanya begini, apa kamu tidak punya hati? Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, Badan Bait Suci, Bait Suci, Hindu, ketika Indonesia belum merdeka, siapakah pembebas bangsa ini? ujar Bahlil.
Sementara itu, pemberitaan pemberian IUP kepada organisasi keagamaan bertepatan dengan perkembangan revisi Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Pertambangan dan Batubara.
Selain itu, pemerintah saat ini sedang mengevaluasi izin pertambangan (IUP) yang diberikan kepada swasta mulai tahun 2022. Hal ini berdasarkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan dan Batubara.
Pasalnya, ditemukan sebanyak 2.078 IUP yang dinilai belum melaksanakan rencana kerja dan anggaran perusahaan. Oleh karena itu, Kementerian Investasi/BKPM dijadwalkan melaksanakan pencabutan tersebut pada Januari hingga November 2022.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel