Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) melakukan berbagai upaya untuk mempertahankan populasi kelas menengah, salah satunya semakin menurun akibat meningkatnya angka pemutusan hubungan kerja (PHK). Dimulai dengan program Jaminan Kehilangan Pekerjaan (JKP) untuk mendorong masyarakat menjadi wirausaha.
Menteri Sumber Daya Manusia (Menaker) Ida Fauzia mengatakan salah satu upaya pemerintah untuk mempertahankan populasi kelas menengah adalah dengan memastikan masyarakat memiliki akses yang mudah terhadap jaminan sosial, termasuk JKP.
“Kita punya jaminan program kehilangan pekerjaan,” kata Ida saat ditemui di Gedung DPR, Senin (2/9/2024).
Selain JKP, Ida mengatakan masyarakat yang terkena PHK juga bisa memanfaatkan Jaminan Hari Tua (JHT) jika terjadi keadaan darurat.
Selain itu, politikus Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini mengatakan Kementerian Ketenagakerjaan memiliki program kesempatan kerja yakni Mandiri Mandiri (TKM) yang melaluinya pemerintah mendorong masyarakat untuk menjadi wirausaha.
“Kami mendorong mereka yang memutuskan menjadi pelaku usaha dan wirausaha untuk memperluas ruang geraknya,” ujarnya.
Tahun ini, Kementerian Ketenagakerjaan mengizinkan 142.000 calon wirausaha mengikuti program TKM. Ida mengatakan, pemerintah akan kembali memberikan program TKM jika peserta berhasil merekrut tenaga kerja baru.
Ida berharap melalui program ini penurunan jumlah penduduk kelas menengah dapat dicegah, bahkan ditingkatkan.
“Itu salah satu upaya kita agar masyarakat kelas menengah tidak turun satu kelas, melainkan naik satu kelas,” tutupnya.
Lembaga Penelitian Ekonomi dan Masyarakat Indonesia (LPEM FEB UI) memperkirakan dalam Laporan Outlook Perekonomian Indonesia III/2024, Indonesia telah kehilangan lebih dari 8,5 juta penduduk kelas menengah sejak tahun 2018. Penurunan ini disebabkan oleh memburuknya perekonomian. pertumbuhan.
LPEM FEB UI mengklasifikasikan kelas menengah sebagai kelompok yang memiliki peluang kurang dari 10% untuk menjadi miskin atau tua di masa depan berdasarkan kategori konsumsi Bank Dunia saat ini.
Berdasarkan definisi LPEM tersebut, FEB UI menghitung jumlah kelas menengah di Indonesia berdasarkan garis kemiskinan pada tingkat kabupaten/kota. Akibatnya, jumlah kelas menengah meningkat drastis dari tahun 2014 hingga 2018: dari 39 juta (15,6% populasi) menjadi 60 juta orang (23% populasi). Namun setelah tahun 2018, yang terjadi justru sebaliknya.
“Sejak itu, populasi kelas menengah telah menyusut lebih dari 8,5 juta orang. “Hal ini akan menyebabkan populasi kelas menengah mencapai 52 juta orang (pada tahun 2023) dengan pangsa sekitar 18,8% dari jumlah penduduk,” demikian laporan LPEM FEB UI yang dikutip Selasa (27/08/2024).
Daya beli masyarakat kelas menengah juga mengalami penurunan sejak tahun 2018. LPEM UI melaporkan bahwa pada tahun 2018, pangsa konsumsi kelas menengah mencapai 41,9% dari total konsumsi rumah tangga Tanah Air.
Pada tahun 2023, total konsumsi masyarakat kelas menengah hanya mencapai 36,8% dari total konsumsi rumah tangga di Indonesia. Faktanya, laporan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) menyebutkan bahwa kelas menengah memegang peranan penting dalam pendapatan negara, yaitu sebesar 50,7% terhadap pendapatan negara.
“Jika daya beli mereka menurun, kontribusi pajak mereka mungkin menurun, memperburuk rasio pajak terhadap PDB yang sudah rendah dan merugikan kemampuan pemerintah untuk membiayai proyek-proyek jasa dan pembangunan,” kata laporan itu.
Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA News