Bisnis.com, DENPASAR – Pengurus Masyarakat Muhammadiyah (PUM) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) mulai mentransfer dana Amal Amal Usaha (AUM) dari PT Bank Syariah Indonesia Tbk. atau BSI (BRIS) mengikuti instruksi Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah.
Ketua PW Muhammadiyah NTB, Falahuddin menjelaskan, transfer uang dari BSI ke bank syariah lain sudah mulai dilakukan secara bertahap. Namun PWM NTB tidak menjelaskan secara rinci jumlah saham tersebut dan ke bank mana transfernya.
“Kami sudah melakukan [penarikan dana] dari BSI secara bertahap,” jelas Falahudin saat dikonfirmasi, Senin (6/10/2024).
Menurut Falahudin, proses transfer dana amal usaha yang diselenggarakan Muhammadiyah juga mempertimbangkan Perjanjian Kerjasama (PKS) dengan BSI.
Ia mengatakan, uang yang melekat pada PCS tersebut tidak dialihkan ke bank lain agar tidak melanggar PCS yang diterima.
Sebagai informasi, Muhammadiyah memiliki sejumlah lembaga amal komersial atau AUM di NTB mulai dari Universitas Muhammadiyah Mataram (UMMAT), Universitas Muhammadiyah Bima, banyak sekolah dari TK hingga sekolah-sekolah menengah atas yang tersebar di daerah dan kota di NTB. Di bidang kesehatan terdapat sejumlah rumah sakit.
Langkah Muhammadiyah menerima uang jumbo dari BSI bermula dari surat yang diterbitkan pada 30 Mei 2024.
Surat ini menyusul hasil pertemuan PP Muhammadiyah dengan AUM Muhammadiyah di Yogyakarta. Dalam pertemuan tersebut, Muhammadiyah memutuskan untuk menjelaskan dana yang ada di BSI, dengan mentransfernya ke berbagai bank syariah lainnya.
Dalam surat tersebut disebutkan bahwa pengiriman uang tersebut dilakukan kepada Bank Bukopin Syariah, Bank Mega Syariah, Bank Muamalat, Bank Syariah Daerah (BPD), dan bank lain yang bekerja sama dengan Muhammadiyah.
Diberitakan Bisnis sebelumnya, Ketua PP Muhammadiyah Anwar Abbas menjelaskan, konsolidasi dana dari BSI bertujuan untuk mendukung persaingan perbankan syariah yang sehat.
“Dana BSI sudah besar, sehingga Muhammadiyah tidak lagi membutuhkan uang. Selain itu, konsentrasi dana AUM pada satu bank saja dapat menimbulkan risiko konsentrasi yang besar,” kata Anwar Abbas.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel