Bisnis.com, JAKARTA – Menurut perusahaan telematika Indonesia (Mastel), kecepatan rata-rata satelit orbit rendah Starlink hanya 50 Mbps. Dengan kondisi tersebut, jumlah pelanggan yang dilayani diperkirakan hanya 40.000 pengguna.

Angka kecepatan ini diperkirakan akan menurun seiring bertambahnya jumlah pengguna Starlink. Sementara itu, Mastel menilai opsi Elon Musk untuk menambah satelit peningkat kecepatan sulit dilakukan.

CEO Mastel Sarwoto Atmosutarno mengatakan Starlink hanya mampu melayani 40.000 pengguna per titik dengan menyediakan layanan internet dengan kecepatan 50 Mbps. Kecepatannya berkurang ketika ada lebih banyak pengguna. 

Dengan kondisi seperti ini, kata dia, perusahaan telekomunikasi dalam negeri tidak perlu khawatir dengan Starlink yang dinilai bisa menjadi pelengkap industri telekomunikasi.

“Kami hitung rata-rata Starling menjual 50 Mbps, targetnya tidak sampai 40.000 pengguna per titik,” kata Sarwoto kepada Bisnis, Selasa (04/06/2024). 

Ia juga yakin Starlink akan melengkapi industri telekomunikasi. Perusahaan ini tidak akan merugikan pasar pemain telekomunikasi dalam negeri, apalagi jika menawarkan layanan dengan harga tinggi. 

Ia mengatakan, masyarakat Indonesia sangat sensitif terhadap harga dan layanan internet.

“Jika harga dan kualitas sesuai dengan keinginan Anda, Anda akan membeli. Jika persaingan tidak memenuhi kebutuhan Anda, transaksi tidak akan terjadi.” 

Dia juga mengatakan faktor lain yang menghalangi Starlink bersaing dengan perusahaan broadband seluler dan tetap adalah kendala kapasitas.

Selain itu, faktor terakhir adalah target pasar yang berbeda, dimana Starlink hanya berfokus pada daerah pedesaan yang belum tersedia internet karena mahalnya biaya penerapan jaringan.

“Siapa yang mau angkut fiber optik ke Kepulauan Aru? Tidak ada. “Jadi kita harus menerima situasi ini sebagai berkah teknologi,” kata Sarwoto. 

Dia menjelaskan, Starlink menciptakan konvergensi antara layanan darat dan luar angkasa. Meskipun konvergensi terestrial dulunya merupakan sinergi antara broadband seluler dan broadband tetap, selama 4 tahun terakhir para pemain satelit ini diam-diam melakukan konvergensi jaringan tetap seluler dan satelit. 

“[Satelit] ini akan terus berkembang dan penting bagi Indonesia kita membutuhkannya karena 5% penduduk kita masih belum mendapat sinyal,” kata Sarwoto.

FYI, saat ini sudah banyak pengguna yang mulai berlangganan Starlink di Indonesia. Layanan Internet ini dinilai cocok digunakan di ruang terbuka tanpa hambatan. Kecepatan yang dihasilkan per titik sejauh ini bisa mencapai lebih dari 200 Mbps.

Belum diketahui berapa kecepatan yang akan didapat pengguna dalam 1-2 tahun ke depan ketika pengguna Starlink semakin banyak.

Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel