Bisnis.com, JAKARTA – Persiapan rencana penawaran umum perdana (IPO) sejumlah badan usaha milik negara (BUMN) masih menunggu perintah dari Presiden terpilih Prabowo Subianto. 

 BUMN sebelumnya menyebut tidak ada perusahaan pelat merah yang akan melakukan IPO perdana pada 2024. Meski demikian, persiapan BUMN dan beberapa anak usahanya yang hendak IPO masih terus berjalan. 

Sejumlah anak usaha BUMN disebut siap IPO di Bursa Efek Indonesia (BEI) antara lain PT Pertamina Hulu Energi (PHE), PT Indonesia Asahan Inalum, dan PT Perkebunan Nusantara III (Persero) yang melanjutkan okupasi. , PalmCo. 

Ketua PTPN III Muhammad Abdul Ghani mengatakan rencana penawaran umum perdana PalmCo akan ditunda menunggu kebijakan pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.   

“IPO ditunda karena menunggu kebijakan pemerintah,” kata Ghani melalui pesan singkat kepada Bisnis dikutip Jumat (11/10/2024).

Dia tidak merinci penundaannya. Namun berdasarkan pemberitaan Bisnis.com pada 24 September 2024, Ghani mengatakan pada prinsipnya PalmCO siap mencatatkan saham di BEI.  

Soal kesiapan, Ghani saat itu mengatakan perseroan sudah melakukan riset dan menilai PalmCo layak dicatatkan di BEI. Pasalnya, PTPN merupakan perusahaan kelapa sawit terbesar di dunia berdasarkan luas lahan. 

“Kami sudah mempersiapkannya sejak lama, pelatihan dan tingkat aksesnya baik-baik saja,” ujarnya. PTPN adalah produsen minyak sawit terbesar di dunia. “Jangan bingung kami dengan perusahaan pertanian terbesar di dunia,” ujarnya.

Sementara soal PHE, Wakil Menteri BUMN Karthika Viryoatmojo mengatakan ada beberapa hal yang perlu diperbaiki perusahaan sebelum mempertimbangkan IPO. 

Karthika mengatakan PHE kini fokus pada peningkatan eksplorasi dan produksi serta peningkatan merger dan akuisisi (M&A) di luar negeri.

“Dengan harapan produksi dan kapasitas dalam negeri bisa meningkat, mereka punya sumur luar negeri,” ujarnya. “Setelah itu kami akan review [soal IPO],” ujarnya di Jakarta, Kamis (10/10/2024).

Begitu pula dengan Inalum. Dia memastikan rencana IPO Inalum akan rampung setelah masuknya investor baru di proyek perluasan Kilang Kuala Tanjung. 

Inalum berencana listing di BEI pada 2024. Namun mengingat kondisi pasar modal yang memburuk menjelang tahun pemilu, Inalum menunda rencana tersebut.

Inalum juga sedang menetapkan tujuan organisasi terkait rencana penawaran umum perdana yang akan rampung pada tahun ini. Namun, setelah pemilu presiden atau pilpres pada Februari 2024, rencana tersebut meleset dari perkiraan awal. IPO BUMN dan ekspektasi investor

Toto Pranoto, Wakil Direktur Lembaga Manajemen Lembaga Penelitian BUMN, Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Indonesia (UI), menilai IPO BUMN menjadi harapan bagi investor karena dapat meningkatkan likuiditas di pasar modal.

“Emiten publik masa depan yang kami tunggu adalah emiten yang mungkin memiliki dampak paling kecil terhadap saham-saham yang termasuk dalam LQ45,” ujarnya kepada Business. 

Salah satu anak perusahaan BUMN yang berpotensi IPO adalah PT Pupuk Kaltim, ujarnya. Hal ini dikarenakan perusahaan ini merupakan salah satu produsen pupuk majemuk terbesar di Asia Tenggara dengan implementasi yang kuat dan rencana ekspansi yang sukses.

Ia juga menilai IPO harus menjadi prioritas pemerintahan Prabowo, terutama jika momentum pasar memiliki kondisi yang tepat, seperti pertumbuhan ekonomi nasional yang stabil atau perbaikan situasi keuangan global.

Terpisah, Pengamat BUMN dari Datanesia Institute Gerry Gunawan mengatakan, peluang IPO perusahaan publik terbuka lebar karena banyak anak perusahaan BUMN yang mencatatkan hasil mengesankan.

Meski demikian, ia menilai untuk bisa tercatat di BEI, perusahaan induk pelat merah tersebut memerlukan komitmen kuat untuk mendirikan anak usahanya. 

“Dalam holding, hanya holding yang berstatus BUMN dan tidak ada divisi di bawahnya. “Oleh karena itu, peluang IPO lebih besar, namun penyelenggaraannya harus dilonggarkan karena aspek transparansinya akan lebih ketat.”

 

Penafian: Berita ini tidak dimaksudkan untuk mendorong pembelian atau penjualan saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas segala kerugian atau keuntungan yang dialami pembaca akibat keputusan investasi.

Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA feed