Bisnis.com, JAKARTA – Tiga eksportir semen melaporkan laba kuartal I 2024 yang lebih rendah. PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. (SMGR) PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. (INTP), dan PT Semen Baturaja Tbk. (SMBR).

Berdasarkan laporan keuangan masing-masing perusahaan, pada Selasa (7/5/2024), SMBR mengalami penurunan laba bersih terbesar yakni 47,62% year-on-year atau dari Rp9,69 miliar menjadi Rp5,07 miliar pada kuartal I tahun ini. 2024.

Posisi selanjutnya ada INTP yang menghimpun laba saat ini sebesar Rp 238,02 miliar. Pendapatan ini turun 35,91% year-on-year (YoY).

Sedangkan SMGR membukukan realisasi laba sebesar Rp 472 miliar hingga kuartal I 2024. Capaian tersebut melemah 16% dibandingkan tahun sebelumnya.

Chief Investment Officer Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta memperkirakan situasi pasokan atau surplus masih akan menjadi tantangan bagi industri semen dalam negeri pada kuartal I 2024.

“Kalau soal pemberat, situasi pasokan ini jadi salah satu kendalanya. Kenaikan harga sumber daya alam tidak disebutkan,” ujarnya kepada Bisnis, Selasa (7/5/2024).

Ia pun menilai eksportir semen tahap kedua masih belum mendapatkan keuntungan. Namun pada tahun ini, kebutuhan semen bisa meningkat seiring dengan meningkatnya kebutuhan pembangunan infrastruktur.

Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2024, pemerintah menyiapkan anggaran proyek infrastruktur sebesar Rp422,7 triliun. Pangsa tersebut meningkat 8% dibandingkan tahun sebelumnya yaitu Rp 391,7 triliun.

Tak hanya itu, terpilihnya Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka sebagai presiden dan wakil presiden terpilih juga menjadi katalisator. Sebab keduanya berkomitmen untuk terus mengembangkan IKN Nusantara.

“Pembangunan infrastruktur akan banyak dilakukan asalkan ada kemauan politik dari pemerintah yang kuat, dan komitmen pihak swasta yang kuat. Apalagi pertumbuhan ekonomi Indonesia masih pada level yang stabil,” ujarnya.

Saat ini Mirae Asset Sekuritas merekomendasikan untuk menahan tiga saham semen. Rinciannya, SMGR mematok target harga Rp 4.870 per saham, INTP dipatok Rp 7.500, sedangkan SMBR di Rp 214.

Pendapat lain, JP Morgan Research menyatakan INTP dan SMGR membukukan penurunan laba dengan tren serupa, yaitu penjualan lemah dan penurunan harga jual rata-rata (ASP).

Penelitian yang ditulis oleh Arnanto Januri dan Henry Wibowo ini menyebutkan bahwa INTP melaporkan adanya penurunan ASP campuran yang kemungkinan disebabkan oleh kenaikan semen Grobogan.

Ebitda per ton Indocement tercatat turun 17% YoY menjadi 163.000 per ton, sedangkan Semen Indonesia melemah 6% YoY menjadi 189.000 per ton.

“Prediksi laba SMGR dan INTP 2024 10%-15% di bawah estimasi pasar dan pelemahan kuartal I 2024 mengarah pada restrukturisasi. Kemungkinannya lebih kuat dari INTP,” ujarnya riset JP Morgan awal Mei. 2024.

Dalam kondisi tersebut, JP Morgan menyatakan berhati-hati dan mempertahankan rating netral untuk SMGR dan rating underweight untuk saham INTP.

____________

Penafian: artikel ini tidak dimaksudkan untuk mendorong pembelian atau penjualan saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas segala kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA channel