Bisnis.com, JAKARTA – Bursa Efek Indonesia bereaksi negatif terhadap kemenangan kandidat Partai Republik Donald Trump dalam pemilihan presiden Amerika (AS). Hal tersebut tercermin dari pelemahan rupee terhadap dolar dan penurunan harga saham-saham blue chip pada perdagangan Rabu (11/06/2024).
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 1,44 persen menjadi 7.383,86 pada perdagangan hari ini. Sebagian besar indeks sektoral berakhir di zona merah, dengan pelemahan terdalam terjadi pada saham sektor teknologi sebesar 2,96%.
Sektor properti kemudian terkoreksi sebesar 2,00% dan sektor keuangan sebesar 1,77% setelah emiten bank besar seperti BBCA, BBRI, dan BMRI terhenti di zona merah.
“Penguatan indeks dolar memberikan tekanan pada saham-saham blue chip,” kata Kepala Riset Ekuitas Kiwoom Sekuritas Sukarno Alatas, Rabu (11/6/2024).
Menurutnya, kemenangan Trump telah memberikan sentimen positif terhadap pasar kripto, sejalan dengan janji dukungan kampanyenya. Sementara itu, Sukarno mengatakan, pelaku pasar harus mencermati kinerja terkini emiten tersebut.
“Industri yang potensi keuntungannya jangka panjang adalah industri bahan baku, seperti industri emas. “Hal ini disebabkan adanya ekspektasi terjadinya inflasi dan emas menjadi alternatif investasi lindung nilai,” imbuhnya.
Sementara itu, Chief Investment Officer Eastspring Investments Indonesia Liv Kong Qian mengatakan dampak terpilihnya Trump terhadap pasar keuangan Indonesia tidak dapat dihindari.
Meski demikian, ia meyakini perekonomian nasional yang masih fokus pada konsumsi domestik masih cukup terlindungi dari dampak negatif tersebut. Selain itu, rasio ekspor terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia merupakan salah satu yang terendah di kawasan Asia, yaitu sebesar 21,7 persen, menurut data Bank Dunia tahun 2023.
“Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia semakin siap menghadapi guncangan pasar global, terbukti dengan membaiknya stabilitas eksternal, menyempitnya defisit transaksi berjalan, peningkatan cadangan devisa, dan tingkat utang yang terkendali.” Kata Liv Kong Qian.
Penafian: Berita ini tidak dimaksudkan untuk mendorong pembelian atau penjualan saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas segala kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA channel