Bisnis.com, Jakarta – Ambisi PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) Untuk mencapai profitabilitas, memaksa perusahaan untuk terus melakukan efisiensi operasional dan biaya. Strategi tersebut ditempuh dengan menutup aktivitas bisnis Gojek di Vietnam efektif 16 September 2024. Apakah langkah ini mampu mendekatkan GoTo pada profitabilitas?
Keputusan GOTO menutup bisnisnya di Vietnam terjadi enam tahun setelah GoJek masuk ke Puho pada 12 September 2018. Dengan diluncurkannya Go-Viet, program on-demand di Hanoi, masuknya Gojek ke negara Puho merupakan langkah awal Go -Ekspansi internasional Jek.
Melansir Bisnis.com, peluncuran Go-Viet dihadiri oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang saat itu menjadi pembicara di World Economic Forum on ASEAN. Selain Kepala Negara, upacara pembukaan Go-Viet juga dihadiri oleh Rudiantara, Menteri Komunikasi dan Informatika (2014-2019).
Nadiem Makarim, CEO dan pendiri Go-Jek saat itu, mengatakan peluncuran Go-Viet merupakan awal dari ekspansi internasional Go-Jek. Dia mengatakan, setelah Vietnam, operasi di Thailand, Singapura, dan Filipina sudah direncanakan.
“Kami bangga bisa berbagi teknologi ini, ini pertama kalinya kami berbagi teknologi Indonesia agar bisa dimanfaatkan oleh masyarakat Vietnam,” kata Nadiem saat itu.
Sejujurnya, jika tidak, Go-Viet tidak akan berumur panjang. GOTO yang akan memasuki tahun keenamnya pada September 2024, memutuskan hengkang dari Vietnam.
Keputusan tersebut dibenarkan oleh Sekretaris Perusahaan GoTo Koesoemohadiani melalui keterangan resminya. Koesoemohadiani mengatakan GOTO mengambil keputusan strategis tersebut untuk dapat fokus mengembangkan dan memperkuat kegiatan operasional yang dapat memberikan potensi pertumbuhan berkelanjutan yang signifikan.
“Strategi ini sejalan dengan agenda pertumbuhan bisnis jangka panjang GOTO Group,” kata Koesoemohadiani dalam keterangan resminya, Rabu (4/9/2024).
Dia menjelaskan bahwa bisnis GOTO di Vietnam menyumbang kurang dari 0,5% GTV Grup GoTo dan 2% layanan on-demand GTV pada kuartal kedua tahun 2024. Dia meyakinkan bahwa keputusan bisnis tersebut juga tidak akan berdampak negatif pada operasi komprehensif GOTO operasi komersial dan keuangan secara keseluruhan.
Ia juga mengatakan GOTO akan terus berinvestasi dalam inisiatif yang mendorong pertumbuhan sambil tetap berkomitmen terhadap target EBITDA 2024 yang direvisi.
“Kami ingin mengucapkan terima kasih kepada staf, pelanggan, mitra, pengemudi, dan mitra bisnis kami atas peran penting mereka dalam bisnis kami di Vietnam,” katanya.
GOTO juga akan memberikan dukungan yang diperlukan kepada semua pihak yang terkena dampak selama proses transisi sesuai dengan hukum dan peraturan yang berlaku di Vietnam.
Sementara itu, dalam keterangan Bursa Efek Indonesia (BEI), GOTO juga menjelaskan penutupan operasional di Vietnam akan tunduk pada peraturan dan prosedur setempat.
Sebelumnya, Presiden GOTO Patrick Walujo mengatakan GOTO akan terus fokus memberikan nilai tambah bagi pemegang saham dengan memperluas jangkauan ke lebih banyak konsumen, baik yang mengutamakan harga maupun yang mengutamakan kenyamanan.
“GOTO akan terus menyeimbangkan pertumbuhan bisnis dengan manajemen pembelanjaan yang disiplin dan tetap berada di jalur yang tepat untuk mencapai target EBITDA 2024 yang telah direvisi,” kata Patrick.
Lalu apa dampak penutupan bisnis ini terhadap kinerja GOTO dari sudut pandang analis?
Dampak konsesi GOTO di Vietnam
Sucor Sekuritas, Wakil Direktur Riset Paulus Jimmy, menilai dampak lockdown di Vietnam akan positif bagi penerapan GOTO. Pasalnya, bisnis on-demand services (ODS) GOTO di Vietnam masih kecil.
“Bisnis ODS GOTO di Vietnam kecil dan hanya mewakili sekitar 2% dari segmen ODS GTV pada kuartal II-2024,” kata Jimmy, Rabu (4/9/2024).
Dengan ukuran kecil tersebut, Sucor Sekuritas menilai unit usaha GOTO belum menghasilkan keuntungan. Jimmy juga melihat dengan menutup perusahaan Vietnam, GOTO dapat mengalihkan sumber dayanya ke perusahaan potensial di masa depan.
“Kami memperkirakan bisnis ini tidak menguntungkan dan akan lebih baik jika sumber daya GOTO dialokasikan ke bisnis yang lebih potensial di masa depan,” kata Jimmy.
Dalam perkembangan lainnya, industri pemasaran yang dimiliki oleh afiliasi GOTO berubah dengan cepat. Tiga pelaku pemasaran atau e-commerce, Shopee, TikTok Shop/Tokopedia, dan Lazada akan menaikkan harga penjual pada September 2024. Langkah ini dinilai menjadi peluang bagi GOTO.
Analis BRI Danareksa Sekuritas Niko Margaronis dan Sabela Nur Amalina dalam risetnya menjelaskan, ketiga pemain elektronik ini akan menaikkan batas bawah dan atas kisaran harganya. Kabarnya, Shopee dan Lazada terakhir memperbarui tarifnya pada Desember 2023, sedangkan TikTok Shop/Tokopedia terakhir menaikkan tarifnya pada Mei 2024.
“Kenaikan harga yang seragam ini menunjukkan dinamika pasar yang positif dan pertumbuhan GTV [total operating cost],” kata Niko dan Sabela dalam risetnya.
Dia mengatakan kenaikan harga tentu akan meningkatkan biaya bagi pemasok, namun platform ini diharapkan dapat mengimbangi beban tersebut dengan memberikan akses pasar yang lebih luas, pengiriman dan analisis yang lebih baik untuk meningkatkan penjualan bagi penjual.
“Oleh karena itu, kami yakin ruang e-commerce masih siap untuk tumbuh, berdasarkan perkiraan yang disajikan dalam studi Google-Temasek 2023,” ujarnya.
Peningkatan biaya yang konstan berarti para pemain mengkonsolidasikan posisi mereka di pasar. Stabilitas ini memperkecil kemungkinan pemain baru seperti PDD-Temu memasuki pasar, terutama mengingat diperkenalkannya PDD untuk pertumbuhan rendah.
BRI Danareksa Sekuritas juga menilai kenaikan harga tersebut menguntungkan GOTO. Bagi TikTok Shop/Tokopedia, ini merupakan kenaikan harga ketiga sejak tahun 2023, dengan total kenaikan tarif sebesar 108 poin.
Sementara itu, penyesuaian tersebut sejalan dengan pedoman GOTO untuk mencapai target pengeluaran atau EBITDA yang diperkirakan sebesar $40 juta atau Rp610 miliar dalam perkiraan BRI Danareksa Sekuritas untuk tahun 2024.
BRI Danareksa Sekuritas juga mengharapkan TikTok untuk terus menyediakan layanan outsourcing fintech dan kemungkinan akan menggunakan layanan on-demand untuk layanan kehidupan lokal.
Niko dan Sabela juga mencatat bahwa Data.AI menunjukkan GOTO mempertahankan posisinya yang kuat dalam layanan On-Demand sambil membuat kemajuan signifikan di bidang fintech dengan Gopay.
“Kombinasi ini semakin besar kemungkinannya bahwa GOTO akan menjadi penyedia layanan utama bagi TikTok,” ujarnya.
Sementara itu, BRI Danareksa Sekuritas kembali menaikkan rating beli saham GOTO dengan target harga Rp 90 karena pertumbuhannya yang menarik dan terdiversifikasi.
————-
Penafian: Berita ini tidak dimaksudkan untuk mendorong pembelian atau penjualan saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian yang timbul dari keputusan investasi pembaca.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel