Bisnis.com, JAKARTA – Industri Siber dan Sandi Negara (BSSN) terungkap bahwa ransomware dan privasi adalah serangan siber yang paling umum terjadi di negara ini. Kedua serangan ini menjadi tantangan bagi Indonesia dalam mencapai ekonomi digital yang lebih baik. 

Serangan siber ini menjadi kendala Indonesia dalam mencapai ekonomi digital sebagai tulang punggung perekonomian nasional. 

Sementara itu, Indonesia diproyeksikan memiliki ekonomi digital senilai US$360 miliar pada tahun 2030.

Deputi Keamanan Siber dan Ekonomi Kripto BSSN, Slamet Aji Pamungkas, mengatakan serangan seperti ransomware sendiri masuk dalam kategori serangan teknis. 

Dia menjelaskan, penyerang ransomware menggunakan metode siluman dan rekayasa sosial (soceng) untuk mendistribusikan ransomware dan mengeksploitasi kerentanan sehari-hari.

Selain ransomware, Slamet mengatakan serangan bunuh diri menjadi sumber terjadinya insiden keamanan siber, seperti penipuan undangan pernikahan. 

Dalam hal ini, ketika korban mengklik undangan tersebut, pencuri akan menerima informasi akun dan identifikasi korban.

“Anda adalah salah satu awal terjadinya serangan internet, untuk itu kita harus bersinergi untuk meningkatkan literasi digital di seluruh lapisan masyarakat di Indonesia, baik di pemerintahan, pelaku usaha, dan masyarakat umum,” kata Slamet dalam webinar bertajuk Implementasi. . Pusat Data SNI 8799 Peningkatan Infrastruktur Informasi Kritis & Ekonomi Digital, Rabu (7/11/2024).

Berdasarkan Laporan Lanskap Keamanan Siber Indonesia 2023 yang diterbitkan BSSN, terdapat 1.011.209 aktivitas ransomware di Indonesia. BSSN mencatat Luna Moth atau yang lebih dikenal dengan Silent Ransom Group merupakan jenis ransomware yang paling banyak ditemukan di internet Indonesia, mencapai angka 418.226.

Ransomware sendiri merupakan salah satu jenis malware yang digunakan untuk menjarah aset korban, seperti dokumen, program, atau perangkat.

Ransomware menyerang individu, perusahaan, organisasi, dan pemerintah. Dampak ransomware dapat mencakup hilangnya akses terhadap data, hilangnya uang, dan bahkan hilangnya reputasi. 

Serangan ransomware baru-baru ini melanda Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 Surabaya.

Serangan teknis lainnya adalah ancaman persisten tingkat lanjut (APT). Biasanya, serangan-serangan ini dilakukan oleh aktor-aktor yang disponsori pemerintah yang menargetkan sektor-sektor penting dengan tujuan spionase, pengawasan, atau pencurian data sensitif.

Slamet mengatakan, selain serangan teknis, ada juga serangan sosial dalam bentuk propaganda hitam, yaitu pelaku kejahatan yang menyebarkan propaganda hitam dengan membuat dan menyebarkan bukti-bukti yang tidak dapat dinilai.

Lalu ada space and syirik, yaitu pemanfaatan isu-isu yang sangat sensitif bagi kelompok masyarakat tertentu. Hingga serangan pemandu sorak, sulit membedakan informasi yang benar dan salah. Polarisasi juga menyerang polarisasi masyarakat menjadi dua kategori ideologi yang sangat bertentangan satu sama lain.

“Sangat penting peran kuat pemerintah, perguruan tinggi, pelaku usaha dan masyarakat dalam rangka mencegah serangan teknis dan serangan sosial terhadap keamanan siber,” tutupnya.

Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel