Bisnis.com, Jakarta – Emiten BUMN Karya, PT Adhi Karya (Persero) Tbk. (ADHI), sedang mengembangkan strategi untuk mengatasi potensi perlambatan anggaran infrastruktur pada tahun 2025.

Berdasarkan RAPBN Kerangka Ekonomi Makro dan Prinsip Kebijakan Fiskal (KEM PPKF) RAPBN 2025, kisaran indikatif anggaran infrastruktur berada pada kisaran Rp404,2 triliun – Rp433,9 triliun. Nilai tersebut tidak jauh berbeda dengan anggaran 2024 yakni Rp 423,4 triliun. 

Sekretaris Perusahaan Adi Kriya, Rosie Sparta mengatakan salah satu proyek pembangunan pemerintah adalah industri konstruksi, khususnya perusahaan publik. Oleh karena itu, laju pertumbuhan anggaran infrastruktur kemungkinan akan menurun, yang secara langsung akan mempengaruhi kinerja bisnis perusahaan konstruksi. 

“ADHI telah bersiap menghadapi perubahan keadaan program prioritas pemerintah yang akan tercermin pada alokasi anggaran ke depan,” ujarnya dalam Bisnis, Jumat (12/7/2024). 

Ia mengatakan, perseroan akan berupaya memperluas peluang konstruksi di sektor lain, seperti BUMN, BUMD, swasta, pihak asing, serta proyek pembiayaan kerja sama pemerintah dan badan usaha (KPBU). 

Dengan melakukan diversifikasi bisnis, lanjutnya, ADHI akan berupaya memperluas peluang portofolio perusahaan untuk mencapai target pertumbuhan berkelanjutan.

“ADHI akan memanfaatkan peluang pada portofolio bisnisnya, seperti pada segmen manufaktur dan properti, jasa, serta segmen investasi dan diskon,” ujarnya.

Di sisi lain, Adhi Karya berhasil meraih kontrak baru senilai Rp 10,2 triliun hingga semester I/2024. Kontrak tersebut diberikan untuk pekerjaan proyek konstruksi dengan besaran 50% berasal dari Rp, 32% dari sumber daya air dan sisanya dari departemen jalan dan jembatan, perkebunan produktif dan APC.

Rousey mengatakan, pemerintah mendominasi 66 persen sumber pendanaan nilai kontrak baru perseroan pada semester pertama tahun ini, disusul swasta sebesar 29 persen, dan sisanya dari BUMN dan lainnya.

“Dari segi lini usaha, pengadaan kontrak masih didominasi oleh lini rekayasa dan konstruksi sebesar 92%, kemudian properti dan jasa 3%, kemudian lini produksi 5%, serta investasi dan konsesi,” ujarnya. 

ADHI saat ini memiliki 112 proyek yang sedang berjalan. Rinciannya, segmen infrastruktur menyumbang 48%, bangunan 38% dan sisanya NPA, sarana transportasi dan persampahan. 

Penafian: Berita ini tidak dimaksudkan untuk mendorong pembelian atau penjualan. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas segala kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel