Bisnis.com, JAKARTA – Dari sejumlah bank pimpinan investor asal Korea Selatan, banyak yang melaporkan penurunan laba pada awal tahun ini atau kuartal I 2024. Meski begitu, minat investasi Negeri Ginseng dan industri perbankan Tanah Air masih tetap rendah. . sangat dihormati.

Setidaknya saat ini ada enam bank di Indonesia yang dibangun investor asal Korea Selatan, yakni PT KB Bukopin Tbk. (BBKP), PT Bank IBK Indonesia Tbk. (AGRS), PT Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk. (SDRA), PT Bank Oke Indonesia Tbk. (DNAR), PT Bank KEB Hana Indonesia dan PT Bank Shinhan Indonesia.

Salah satu bank yakni Bank KB Bukopin yang tahun ini berganti nama menjadi KB Bank dikendalikan oleh perusahaan keuangan asal Korea Selatan KB Kookmin Bank Ltd dengan kepemilikan 67%.

Ada pula Woori Bank Korea yang merupakan pemegang saham pengendali SDRA dengan kepemilikan 90,78% saham. Selain itu, OK Next Co. Ltd, sebelumnya dikenal sebagai APRO Financial Co. Ltd memiliki 89,73% saham Bank Oke Indonesia atau DNAR.

Pada awal tahun ini, sejumlah bank yang didirikan Perusahaan Negeri Ginseng itu rata-rata mencatatkan penurunan laba. Bank Woori Saudara misalnya, membukukan penurunan laba 24,13% year-on-year menjadi Rp 151,15 miliar pada kuartal I 2024.

Berikutnya, Bank KEB Hana mencatatkan laba Rp 118,02 miliar pada kuartal I 2024, turun 16,13% year-on-year. Bank IBK Indonesia juga mencatatkan penurunan laba bersih sebesar 17,65% year-on-year menjadi Rp 45,91 miliar pada tiga bulan pertama tahun 2024.

Bank Oke kemudian mencatatkan laba bersih sebesar Rp4,3 miliar pada kuartal I 2024, turun 13,96% year-on-year dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang laba bersihnya sebesar Rp5 miliar.

Sementara Bank KB belum melaporkan kinerja triwulan I-2024, namun jika dilihat dari laporan bulanan hingga Februari 2024, Bank KB masih mencatatkan kerugian sebesar Rp666,42 miliar.

Hanya Bank Shinhan Indonesia yang mencatatkan kenaikan laba bersih sebesar 13,13% YoY, dari Rp 62,3 miliar pada Q1 2023 menjadi Rp 70,48 miliar pada Q1 2024.

Kendati demikian, minat investasi negeri gingseng itu pada bisnis perbankan Tanah Air masih tinggi. Baru-baru ini, perusahaan asuransi asal Korea Selatan Hanwha Life berencana mengakuisisi saham PT Bank Nationalnobu Tbk. (NOBU) atau Nobu Bank milik taipan James Riady.

Kedua pihak menandatangani perjanjian jual beli (SPA) pada 3 Mei 2024. Hanwha Life mengakuisisi 40% saham Bank Nobu dari Grup Lippo.

Karyawan melayani nasabah di PT Bank KB Bukopin Tbk cabang. (BBKP), Jakarta, Selasa (28.6.2022). Bisnis / Abdurachman

Menurut laporan Korea Times, Hanwha Life akan mengakuisisi Nobu Bank dengan tujuan untuk berkembang lebih jauh menjadi pemain keuangan global yang besar. Hanwha Life akan memaksimalkan sinergi dengan mengintegrasikan kemampuan digital Hanwha dengan pengalaman manajemen perbankan Grup Lippo.

Guru Besar Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Amin Nurdin mengatakan, aksi korporasi tersebut dinilai masih berpotensi terjadi pada tahun ini. Sebab, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memberikan insentif untuk konsolidasi.

“Tidak menutup kemungkinan modal inti akan bertambah lagi sehingga jumlah bank akan semakin sedikit dan efisien. Penyederhanaan akan terus dilakukan,” kata Amin kepada Bisnis beberapa waktu lalu.

Selain itu, ada peluang digitalisasi. “Bank kecil merupakan wadah untuk menciptakan bank digital. Daripada membuat entitas baru, lebih baik lakukan akuisisi,” ujarnya.

Direktur Utama Pengawasan Perbankan OJK Dian Ediana Rae juga mengatakan, secara keseluruhan, iklim investasi bagi investor asing, termasuk Korea Selatan, di sektor perbankan Indonesia tetap menarik meskipun terdapat momentum dan persaingan yang kompetitif.

“OJK secara berkala menerima berbagai permintaan izin dari investor asing, termasuk yang ingin memperkuat permodalan perbankan melalui right issue,” ujarnya dalam tanggapan tertulis beberapa waktu lalu.

Sejumlah investor asing, seperti dari Korea Selatan, juga tertarik berinvestasi di sektor perbankan negara tersebut dengan meningkatkan modal melalui right issue.

SDRA, misalnya, menerima pembiayaan dari pemiliknya di Korea Selatan, Woori Bank Korea, melalui right issue. SDRA sebenarnya melakukan penambahan modal dengan memberikan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD) IV atau right issue sebanyak-banyaknya 6,4 miliar saham baru.

Industrial Bank of Korea yang mengendalikan AGRS juga menyuntikkan dana modal senilai Rp 1 triliun pada tahun lalu.

BBKP juga mendapat aliran modal masuk sebesar Rp 8,02 triliun dari pengendalinya di Korea Selatan, KB Kookmin Bank pada tahun lalu.

Suntikan modal ini merupakan bagian dari penyertaan KB Kookmin Bank dalam right issue BBKP sebanyak 119,99 miliar saham baru dengan total nilai transaksi Rp 11,99 triliun.

Lihat berita dan artikel lainnya di Google Berita dan saluran WA