Bisnis.com, JAKARTA – Ketua DPR RI Puan Maharani menyoroti kinerja APBN sebagai alat strategis penyelenggaraan pemerintahan negara, termasuk dalam hal alasan penarikan utang dalam jumlah besar.
Ia mengatakan, APBN terpaksa harus mengalami koreksi ruang fiskal yang sangat mendalam agar mampu memenuhi berbagai kebutuhan masyarakat. Sementara itu, penerimaan pajak menurun dan kebutuhan akan subsidi meningkat pesat.
“Jadi kita harus mengambil pilihan pahit dengan menghapus utang yang sangat besar,” ujarnya dalam pidato kenegaraan pada Nota Keuangan dan RAPBN 2025 di Gedung DPR/MPR Senayan.
Meski demikian, Puan menyampaikan apresiasi atas gotong royong dan kerja sama seluruh pemangku kepentingan; DPR RI, pemerintah pusat, pemerintah daerah, TNI, POLRI, BUMN, swasta, UKM dan seluruh masyarakat, perekonomian nasional berangsur pulih.
“Hal ini patut kita syukuri semua, karena banyak pengalaman negara lain yang belum pulih sepenuhnya, apalagi perekonomiannya bisa tumbuh 5% setiap tahunnya,” ujarnya.
Sebelumnya, Puan mengatakan, selama lima tahun terakhir, Indonesia sebagai bangsa dan negara ibarat berlayar melewati badai yang tak henti-hentinya.
Hal ini dikarenakan pandemi Covid 19, konflik geopolitik regional antar negara, ketegangan geopolitik yang meluas hingga ke Timur Tengah, krisis pangan, krisis energi global, dan gejolak perekonomian global berdampak langsung terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara.
“Jaminan kesehatan, jaminan sosial, ketahanan pangan, ketahanan energi, ketahanan ekonomi, bahkan kehadiran pemerintah dalam menyelamatkan nyawa masyarakat, nampaknya sedang diuji,” ujarnya.
Temukan berita dan artikel lainnya di Google Berita dan WA Channel