Bisnis.com, Jakarta – Dua perusahaan besar pertambangan batu bara, PTBA dan ADRO, mengumumkan prospek sektor batu bara pada paruh kedua tahun ini.

Pergerakan harga batubara menguat pada akhir Juli 2024. Kontrak ICE Newcastle Juli 2024 naik 0,04% menjadi 134,75 per metrik ton pada penutupan Rabu (24/7/2024), data Bloomberg menunjukkan. 

Di dalam negeri, harga patokan batu bara (HBA) Juli 2024 untuk semua jenis kalori mengalami kenaikan dibandingkan bulan sebelumnya atau Juni 2024.

HBA bulan ini ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri ESDM No. 166.K/MB.03/MEM.B/2024 tentang Pelaporan Harga Mineral Logam dan Batubara Bulan Juli 2024, ditetapkan pada tanggal 19 Juli. tahun 2024

HBA batubara berkalori tinggi dengan nilai kalori 6.322 kkal/kg GAR meningkat menjadi USD 130,44 per ton pada Juli 2024 dari USD 123,00 per ton pada Juni 2024. 

Selain itu, HBA dengan kandungan kalori 5300 kkal/kg GAR ditetapkan sebesar USD 91,85 per ton, meningkat dari harga referensi bulan sebelumnya sebesar USD 88,65 per ton. 

Untuk batubara, nilai kalor setara HBA sebesar 4.100 kkal/kg GAR adalah $56,09 per ton, lebih tinggi dari nilai referensi sebelumnya sebesar $54,79 per ton. 

Pada saat itu, HBA batubara dengan nilai kalori 3.400 kkal/kg GAR adalah $36,22 per ton, juga naik dari HBA bulan sebelumnya sebesar $35,82 per ton. 

Menurut ETEnergyWorld, Badan Energi Internasional (EIA) menyatakan permintaan batubara global akan tetap stagnan pada tahun 2024 dan 2025. Hal ini karena tingginya permintaan listrik di beberapa negara besar mengimbangi pesatnya ekspansi tenaga surya dan angin. 

Konsumsi batu bara global naik 2,6% tahun lalu dan mencapai angka tertinggi sepanjang masa. Pertumbuhan ini didorong oleh pertumbuhan yang kuat di Tiongkok dan India, dua konsumen batubara terbesar. 

Permintaan batubara meningkat di sektor listrik dan industri. Namun, pendorong utama pertumbuhan ini terutama adalah kesenjangan antara rendahnya produksi pembangkit listrik tenaga air dan pesatnya pertumbuhan permintaan listrik.

“Analisis kami menunjukkan bahwa permintaan batubara global kemungkinan akan tetap stagnan hingga tahun 2025 karena lingkungan kebijakan dan tren pasar saat ini,” Keisuke Sadamori, direktur pasar dan keamanan energi EIA menyimpulkan.  

Manajemen PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) sebelumnya memperkirakan pergerakan harga batu bara pada paruh kedua tahun 2024 akan mengikuti siklus dan selalu berfluktuasi. Oleh karena itu, perusahaan akan terus fokus pada hal-hal yang dapat kami kendalikan, seperti pengelolaan operasional, untuk memastikan tujuan perusahaan tercapai dan efisiensi biaya tercapai.

Adaro menargetkan penjualan batubara sebanyak 65-67 juta ton pada tahun 2024, yang berpotensi mencapai rekor tertinggi sepanjang masa perusahaan.

Khususnya: batubara termal 61-62 juta ton dan batubara metalurgi 4,9-5,4 juta ton dari anak perusahaan PT Adaro Minerals Indonesia Tbk.

Garibaldi Tohir, Presiden dan Direktur Adaro Energy Indonesia, mengatakan harga jual batu bara pada 2024 akan lebih rendah dibandingkan tahun lalu. Meski demikian, perusahaan tetap optimis meraih hasil positif sejalan dengan strategi keselamatan dan efisiensi operasionalnya.

“Kita juga punya keunggulan coke batubara yang harganya relatif stabil karena pasokannya terbatas,” ujarnya.

Sementara itu, Sekretaris Perusahaan Bukit Asam Niko Chandra menjelaskan, ada berbagai faktor yang bisa mempengaruhi bisnis batu bara tahun ini. Salah satunya adalah fluktuasi harga batu bara.

Fluktuasi tersebut dipengaruhi oleh keseimbangan supply-demand dan perekonomian pembeli batubara terbesar seperti China dan India, ujarnya, Kamis (18 Juli 2024). 

Selain itu, lanjut Niko, industri batubara juga terkena dampak dinamika harga bahan baku energi lainnya sehingga mengubah situasi geopolitik. 

Karena kondisi tersebut, PTBA berusaha tetap fleksibel dan responsif dalam menghadapi kondisi eksternal, jelasnya.

Di sisi lain, PTBA tercatat melakukan berbagai upaya peningkatan kapasitas pengangkutan batu bara untuk mempercepat monetisasi cadangan batu bara. 

Penafian: Pengumuman ini tidak dimaksudkan sebagai bujukan untuk membeli atau menjual saham apa pun. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas segala kerugian atau keuntungan yang diakibatkan oleh keputusan investasi pembaca.

Untuk berita dan artikel lainnya, kunjungi Google Berita dan Saluran WA