Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 3,4% pada akhir perdagangan kemarin, Selasa (6/8/2024). Analis memperkirakan IHSG akan mengumumkan hari ini.
Valdi Kurniawan, Kepala Riset Fintraco Securitas, menjelaskan kemarin, Senin (5/8/2024), pelemahan IHSG merupakan dampak dari aksi jual panik (panic sale) pasca aksi jual di bursa global dan regional.
“Aksi jual tersebut didorong oleh sentimen negatif yang muncul di saat yang sama, antara lain meningkatnya angka pengangguran di AS, pengetatan kebijakan moneter yang dilakukan BoJ, dan ancaman perang habis-habisan di Timur Tengah,” ujar Waldi dalam risetnya. , Selasa (6/8/2024).
Kondisi di atas menimbulkan kepanikan di pasar modal Indonesia yang ditunjukkan dengan melemahnya IHSG yang mencapai 4,2% pada sesi II (5/8/2024). Faktanya, data perekonomian domestik terkini relatif kuat. Realisasi pertumbuhan ekonomi pada triwulan II tahun 2024 sebesar 5,05%, lebih tinggi dari perkiraan konsensus sebesar 5%.
Selain itu, eskalasi konflik menyebabkan kenaikan harga batu bara yang relatif menguntungkan Indonesia. Jika harga minyak berada pada kisaran US$80/barel, maka tidak akan ada dampak negatif langsung terhadap Indonesia.
Oleh karena itu, kami masih melihat kemungkinan teknikal pada kisaran IHSG hari ini di kisaran 7.100-7.120. Saham-saham yang perlu diperhatikan fokus pada saham-saham pertahanan antara lain MYOR, AMRT, MAPI, INDF dan KLBF, ”ujarnya.
Valdi juga menjelaskan, dari sisi global, hal tersebut berasal dari indeks Nasdaq yang melemah sebesar 3,43% pada Senin (08/05/2024) sehingga menyebabkan pelemahan signifikan pada indeks Wall Street. Pelemahan ini menimbulkan kekhawatiran potensi resesi di Amerika Serikat setelah tingkat pengangguran naik menjadi 4,3% pada Juli 2024.
Namun sebagian besar ekonom masih menyetujui prospek perekonomian AS yang sedikit dovish, berdasarkan pertemuan darurat (5/8/2024) yang akan menurunkan suku bunga acuan Fed sebesar 50 bps.
Mayoritas indeks di Eropa mengalami pelemahan signifikan pada Senin (5/8/2024) kemarin, meski tidak sedalam pelemahan di Wall Street. Kekhawatiran akan resesi AS dan kenaikan suku bunga utama oleh Bank of Japan menyebabkan aksi jual di Eropa.
Di tingkat regional, keputusan BoJ menaikkan suku bunga acuan menjadi 0,25% menyebabkan aksi jual saham Jepang pada Jumat (2/8/2024) dan Senin (5/8/2024). Kenaikan suku bunga yang luar biasa menyebabkan apresiasi yang signifikan terhadap nilai tukar yen.
Kondisi ini merugikan sebagian besar emiten dan investor Jepang yang berorientasi ekspor atau perdagangan yang mendapatkan keuntungan dari stabilitas kebijakan moneter BoJ sebagai bagian dari strategi investasinya.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA