Bisnis.com, JAKARTA – Asian Development Bank (ADB) memproyeksikan perekonomian Indonesia mampu tumbuh sebesar 5% pada tahun 2024. Namun kinerja ekspor dinilai tidak akan berkontribusi banyak terhadap pertumbuhan tersebut. 

Kepala Ekonom ADB Arief Ramayandi mengatakan meski ekspor terus mendorong neraca perdagangan, pemerintah tidak bisa berharap terlalu banyak pada ekspor. 

“Kita masih belum bisa mengharapkan ekspor menjadi pendorong pertumbuhan di tahun 2024 karena pertumbuhan ekspor di Asia masih rendah,” ujarnya dalam Asian Development Outlook di Gedung Perpustakaan Nasional, Kamis (16/5/2024). 

Kabar baiknya, Arief yakin kondisi ekspor sudah melewati titik terendah sepanjang masa. Dengan kata lain, ekspor sudah membaik, namun masih belum ada harapan. 

Menurut Arief, pemerintah kemungkinan akan mulai mengekspor pada tahun 2025 untuk mendukung pertumbuhan ekonomi. 

Itu pun asalkan ekspor mulai membaik. Jika kinerja ekspor kembali memburuk atau stagnan, pemerintah hanya bisa mengandalkan konsumsi dalam negeri. 

“Pasokan untuk Indonesia akan tumbuh sebesar 5% pada tahun 2024 dan 2025, permintaan dalam negeri akan menjadi faktor pendorong pertumbuhan dan akan mengimbangi dampak negatif ekspor neto”, jelasnya. 

Menatap kuartal pertama tahun 2024, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa perekonomian Indonesia tumbuh solid sebesar 5,11% (tahun ke tahun) di tengah rendahnya harga bahan baku untuk ekspor utama.

Dari sisi belanja, penyumbang utama pertumbuhan ekonomi adalah konsumsi rumah tangga dan PMTB masing-masing sebesar 54,93% dan 29,31%. Namun pertumbuhan terbesar terjadi pada konsumsi LNPRT yang didorong oleh kegiatan pemilu.

Sedangkan ekspor menduduki peringkat ketiga dengan kontribusi sebesar 21,37 persen terhadap pertumbuhan ekonomi global dan pertumbuhan (tahunan) sebesar 0,5 persen. 

Pada saat yang sama, Chief Financial Officer PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) Andry Asmoro memperkirakan tahun ini perekonomian Indonesia bisa tumbuh sedikit di atas 5% atau 5,05%. 

Namun khusus pada triwulan II dan III terdapat kendala karena masa liburan lebih pendek dibandingkan triwulan I dan IV. Oleh karena itu, diperkirakan pertumbuhan akan lebih rendah pada kuartal pertama tahun 2024. 

“Kami perkirakan 5,12% pada kuartal I 2024, imbal hasilnya 5,11%, [kuartal II 2024] mungkin di bawah itu, tapi data Mei juga belum lengkap,” ujarnya.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel