Bisnis.com, JAKARTA – Pengusaha Hashim Djojohadikusumo tengah melirik proyek pembangkit listrik tenaga air Kayan Hydro Energy (PLTA) di Bulungan, Kalimantan Timur. Adik Presiden, Prabowo Subianto, sudah meninjau lokasi proyek dan menyatakan minatnya untuk berinvestasi.

“Iya, ada peluang untuk kita masuk secepatnya,” kata Hashim di lokasi proyek PT Kayan Hydro Energy, Kamis (31/5/2024) kemarin.

Hashim adalah seorang pengusaha dan pemilik Arsari Group. Organisasi ini bergerak di berbagai lini bisnis mulai dari agrobisnis hingga industri ekstraktif.

Hashim misalnya, telah mengeluarkan investasi awal sebesar Rp 400 miliar untuk membangun pabrik timah yang fokus produksi solder di Batam bernama PT Solder Tin Andalan Indonesia (Stania).

Selain pabrik timah, grup Arsari juga memiliki beberapa perusahaan pertambangan yang tergabung dalam Arsari Tambang.

Situs Arsari Tambang menunjukkan ada 4 perusahaan yang tergabung dalam grup ini. Pertama, ada PT Mitra Stania Prima (BPA).

BPA merupakan perusahaan pertambangan timah terbesar ketiga di Indonesia. BPA memiliki konsesi pertambangan di Mapur yang merupakan salah satu tambang timah terbesar yang masih beroperasi di Indonesia.

Sejak tahun 2013, BPA aktif melakukan penambangan di Mapur seluas 233,5 hektar dengan potensi penambangan timah (Sn) sebesar 7.071 ton.

Berdasarkan informasi yang tercantum di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dalam Modus Satu Data Indonesia (MODI), saham PT BPA dimiliki oleh Arsari Tambang sebesar 80% dan Arsari Multi Tambang sebesar 20%. .

Di papan itu sendiri terlihat nama putra Hasyim, Aryo Puspito Setyaki Djjohadikusumo, yang berperan sebagai direktur utama PT BPA. Ada pula nama politikus sekaligus cucu Prabowo Subianto yakni Thomas Aquinas Muliatna Djiwandono sebagai komisaris utama.

Kedua, PT Mitra Stania Kemingking merupakan perusahaan asosiasi PT BPA. Nomor IUP. 188.45/608/DEP/2014 dan melakukan kegiatan operasional di dua wilayah yaitu blok Kemingking dan Penyak.

Ketiga adalah PT Mitra Stania Bemban yang juga terhubung dengan PT Mitra Stania Prima dan memiliki luas IUP 441,5 Ha.  

Terakhir, PT AEGA Prima (AEGA Prima) merupakan anak perusahaan PT Arsari Tambang yang juga bergerak di sektor pertambangan timah terintegrasi di Kepulauan Bangka Belitung.

AEGA Prima memiliki total luas IUP sebesar 28.884,50 Ha yang tersebar di Laut Tanjung Sangau, Laut Tanjung Genting, Laut Bubus, Laut Tanjung Mengkudu, dan Laut Teluk Kelabat. Sebanyak 19 IUP yang dimilikinya akan habis masa berlakunya pada 2025-2031.

Menariknya, Hashim tertarik berinvestasi di energi baru terbarukan (EBT). Perusahaan sedang mengembangkan proyek biofuel limbah kayu di Kalimantan Timur (Kaltim), termasuk minatnya untuk mengakses pembangkit listrik tenaga air Kayan Cascade. Ia bahkan menyampaikan keinginannya kepada Prabowo. “Saya sudah lapor, dia [Prabowo] setuju, ini untuk investasi. Ditinggal Sumitomo

Ketertarikan Hashim masuk ke proyek Kayan Hydro Energy terjadi setelah Sumitomo memutuskan mengakhiri kerja sama investasi di proyek jumbo tersebut.

Sumitomo Corporation dan PT Kayan Hydro Energy (KHE) resmi menyelesaikan kerja sama alias divestasi dalam pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Listrik (PLTA) Kascade Kayan, di Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara.

Sumitomo merupakan perusahaan Jepang dan pernah bekerjasama dengan PT KHE. Mereka masuk proyek PLTA Kayan Cascade pada 2022. Namun, genap dua tahun, kerja sama investasi KHE dan Sumitomo akan berakhir pada kuartal I 2024.

“Kami sudah menjalin kerja sama dengan Sumitomo, mulai kuartal pertama tahun 2024 kami telah mengakhiri hubungan dengan Sumitomo,” kata Komite Eksekutif PT Kayan Hydropower, Steven Kho.

Steven tidak merinci alasan pemutusan kerja sama dengan Sumitomo. Dia hanya mengatakan ada perbedaan pendapat dari sudut pandang komersial antara Kayan Hydro Energy dan Sumitomo. Ia pun memastikan dengan berakhirnya kerja sama investasi, pihaknya tidak lagi menjalin kerja sama dengan Sumitomo.

Meski demikian, Steven mengatakan Kayan Hydro Energy dan Sumitomo masih memiliki hubungan baik. Pihaknya juga tidak menutup kemungkinan untuk menjalin kerja sama yang menguntungkan dengan Sumitomo baik dalam proyek PLTA Kayan maupun proyek lainnya di masa depan.

 “Ada perbedaan visi, terutama dari sisi komersial. Namun, kami tetap menjaga hubungan baik dengan Sumitomo,” jelasnya.

Sementara KHE menargetkan pembangunan proyek PLTA Kayan Cascade yang akan selesai pada tahun 2035. Nantinya, PLTA tersebut akan diprioritaskan untuk menunjang kebutuhan sumber listrik di kawasan industri dan beberapa proyek strategis nasional lainnya.

Pembangkit Listrik Kayan berkapasitas 9.000 megawatt (MW) disebut-sebut merupakan pembangkit listrik tenaga air terbesar di Asia Tenggara. Total nilai investasi sebesar US$17,8 miliar atau setara Rp275,9 triliun (dengan asumsi nilai tukar Rp15.500 per dolar AS). 

Jika dijelaskan, PLTU Kayan tahap pertama berkapasitas 900 MW, tahap kedua 1.200 MW, tahap ketiga dan keempat masing-masing 1.800 MW, dan tahap kelima 3.300 MW.

Kayan PLTA akan menyalurkan listrik ke Green Indonesia Industrial Park (KIHI) di Kalimantan Utara yang juga dikelola oleh PT Kalimantan Industrial Park Indonesia (KIPI) dan PT Indonesia Strategis Industry (ISI). Selain itu, PLTA Cascade juga direncanakan untuk memenuhi kebutuhan listrik Wilayah Ibu Kota Negara (IKN) kepulauan tersebut.

Sementara itu, Sumitomo Kenichi Ishikawa mengungkapkan proses diskusi masih berlangsung. Pihaknya juga membuka kerja sama proyek lainnya dengan Kayan Hydro Energy.

“Iya, ini masih dalam proses pembahasan, untuk proyek ini, atau proyek lainnya,” jelasnya.

Sementara itu, Andrew Sebastian Suryali, Presiden PT Kayan Hydro Energy, menegaskan PLTA Kayan Cascade merupakan proyek yang sangat penting bagi sektor energi terbarukan.

“Dengan potensinya yang sangat besar, PLTA ini diharapkan mampu berkontribusi signifikan dalam memenuhi kebutuhan listrik Indonesia, serta mendukung pertumbuhan ekonomi berkelanjutan. Masih berharap ke Jepang?

PT Kayan Hydro Energy (KHE) mulai membidik investor lain setelah Sumitomo memutuskan menghentikan kerja sama investasi pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Listrik (PLTA) Kayan di Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara. 

Komite Eksekutif KHE Steven Kho mengungkapkan, dirinya akan mengunjungi Jepang pada pertengahan Juni untuk bertemu calon investor. Terungkap, PT KHE akan mencari investor yang memiliki potensi sama dengan Sumitomo.

“Sebelum dengan Sumitomo, kami mencari setidaknya setara,” kata Steven di Bulungan, Kalimantan Utara, Kamis (30/5/2024).

Steven menegaskan, KHE mengutamakan nilai tambah dalam mencari investor. Dana mungkin masih diperlukan, katanya, namun pertimbangan lebih lanjut akan diberikan kepada mitra potensial untuk pengembangan proyek senilai lebih dari $17 miliar tersebut.

“Yang kita cari adalah nilai tambah, entah itu ahlinya atau pengetahuan sejarah, itu yang kita cari.”  

Sementara itu, Steven mengungkapkan kerjasama investasi antara PT Kayan Hydro Energy dan Sumitomo Corporation telah selesai pada kuartal I tahun 2024. 

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel