Bisnis.com, JAKARTA – PT Sarana Bali Dwipa Jaya (SBDJ) menyebutkan investasi awal Proyek Bali Urban Railway and Associated Development telah mencapai $10,8 miliar atau setara Rp 175 triliun.

Direktur Utama PT SBDJ I Gusti Ngura Askhara Danadiputra atau Ari Askhara mengatakan, selama pelaksanaan proyek tersebut, perseroan telah menunjuk PT Bumi Indah Prima (PT BIP) sebagai mitra investor dan pemimpin konsorsium proyek.

“Total nilai investasi 2 tahap pertama sebesar $10,8 miliar, sedangkan total rencana tahap 4 sebesar $20 miliar,” kata Ari, Rabu (24/7/2024).

Ari menjelaskan, pada proyek tahap awal akan dibangun koridor infrastruktur transportasi berupa terowongan dan jalur metro untuk mendukung infrastruktur utilitas seperti telekomunikasi, listrik, air minum, sampah dan limbah, serta jalur transit. perkembangan.

Ia mengatakan, pelaksanaan Bali Urban Rail Project memiliki keunikan dibandingkan pembangunan angkutan umum massal berbasis kereta api lainnya karena mengedepankan konsep Tri-Hita-Karana yang menjaga keseimbangan hubungan dengan Sang Pencipta, sahabatnya, dan diri sendiri. alam. .

Proses di atas dibantu oleh konsultan Boston Consulting Group sebagai penasihat komersial dan bisnis, Arup International sebagai penasihat teknis, serta William Hendrik Siregar dan Jojonegoro sebagai penasihat hukum.

Ari menjelaskan, skema pendanaan yang digunakan seluruhnya merupakan pendanaan swasta dengan pendekatan B2B. Pendekatan skema ini tidak menggunakan anggaran negara atau daerah atau pinjaman yang dijamin oleh pemerintah pusat dan daerah.

Sementara itu, pembangunan Kereta Api Kota Bali telah memiliki payung hukum berupa Peraturan Gubernur (Pergub) No. 9/2024 tentang penunjukan PT Jamkrida Bali Mandara dan SBDJ sebagai pelaksana dan pengelola proyek.

Dijelaskannya, latar belakang dibangunnya Kereta Api Perkotaan Bali adalah semakin pesatnya perkembangan sektor pariwisata di tanah dewata pascapandemi Covid-19. Pada tahun 2023, jumlah wisatawan yang masuk mencapai 15,1 juta orang, sedangkan tahun ini diperkirakan mencapai 20 juta orang.

Banyaknya jumlah wisatawan, lanjutnya, tidak dibarengi dengan kapasitas infrastruktur transportasi yang memadai. Terjadi peningkatan jumlah kendaraan, namun terjadi pengurangan panjang jalan.

Solusinya adalah dengan membangun sistem transportasi umum kereta api. Selain itu, kawasan transit development (TOD) perlu diperbesar untuk meningkatkan minat investasi.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel