Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah Indonesia akan mengubah protokol Kemitraan Ekonomi Indonesia-Jepang (IJEPA) yang akan ditandatangani masing-masing kepala negara sebelum Oktober 2024.

Hal itu dilakukan Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan usai pertemuan dengan Wakil Menteri Parlemen Luar Negeri Jepang Komura Masahiro di Arequipa, Peru, Jumat (17/5/2024). Pertemuan ini diselenggarakan di sela-sela Pertemuan Menteri Perdagangan Asia Pasifik Economic Cooperation (APEC) ke-30 tahun 2024 di Arequipa, Peru, pada tanggal 17 hingga 18 Mei 2024.

Pertemuan tersebut membahas peningkatan kerja sama perdagangan di tingkat bilateral, regional, dan multilateral. Salah satunya adalah pengembangan Protokol Amandemen Kemitraan Ekonomi Indonesia-Jepang (IJEPA).

Zulkifli mengatakan Indonesia mengapresiasi bantuan Jepang dalam menyelesaikan upaya amandemen Protokol IJEPA. Selain itu, Pemerintah Indonesia juga didorong untuk menyelesaikan proses kontrol legislatif dan penyusunan teks asli protokol dalam bahasa Indonesia dan Jepang.

“Protokol Amandemen IJEPA harus ditandatangani oleh Presiden Joko Widodo dan Perdana Menteri Fumio Kishida sebelum Oktober 2024,” kata Zulkifli dalam siaran persnya, Minggu (19/5/2024).

Selain itu, dalam pertemuan tersebut kedua belah pihak juga membahas perkembangan permasalahan kawasan yaitu ASEAN-Japan Comprehensive Economic Partnership (AJCEP) dan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) yang berlaku sejak 2 Januari 2023. di Indonesia.

“Kami mendorong Jepang untuk mulai melaksanakan proyek kerja sama industri otomotif untuk mobil listrik yang telah disetujui pada KTT HUT ke-50 ASEAN-Jepang di Tokyo pada tahun 2013. Jepang mendukung agar sekretariat RCEP dapat terlaksana sepenuhnya pada tahun ini”. “Saya meminta lebih banyak bantuan kepada Jepang untuk menerapkan sistem aksesi CER secepatnya,” kata Zulkifli.

Selain itu, Zulkifl juga meminta dukungan Jepang terhadap masuknya Indonesia sebagai Presiden Dewan Menteri (MCM) Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) untuk tahun 2024.

Selain itu, Zulkifli juga mengajak Jepang untuk memantau prioritas Forum Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) Peru untuk tahun 2024.

Indonesia meyakini APEC akan mendukung sistem perdagangan ekonomi multilateral melalui Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) dan pengembangan integrasi ekonomi regional melalui Asia-Pacific Free Trade Area (FTAAP).

“Sebagai Menteri Perdagangan APEC, kita harus mendorong diskusi mengenai isu digitalisasi, fasilitasi dan inklusi perdagangan,” ujarnya.

Sementara itu, Indonesia berupaya melaksanakan amanat Konferensi Tingkat Menteri (KTM) WTO ke-13 dan bersedia berunding untuk mendapatkan hasil konkrit dari KTM WTO ke-14. Sejumlah permasalahan yang menjadi perhatian Indonesia antara lain pertanian.

“Sebagai Ketua Kelompok G-33 di WTO, Indonesia berharap Jepang ikut serta menyelesaikan kebuntuan perundingan pertanian, khususnya dengan menyelesaikan persoalan stok publik untuk keperluan ketahanan pangan (PSH) dan penerapan Mekanisme Khusus. Security (UMK) sebagai bagian dari upaya peningkatan ketahanan pangan global,” jelasnya.

Indonesia, lanjut Zulkifli, juga berupaya mencapai mandat WTO 12 dan 13 KTM, yaitu penyelesaian sengketa dapat berfungsi penuh dan dapat diakses oleh seluruh anggota WTO pada tahun 2024.

“Indonesia berpandangan pemulihan sistem penyelesaian sengketa dua tingkat dapat dicapai dengan menunjuk anggota Badan Banding dan melanjutkan diskusi mengenai reformasi sistem penyelesaian sengketa,” tambah Menteri Perdagangan Zulkifli. Hasan.

Jepang merupakan mitra dagang peringkat ketiga bagi Indonesia, baik sebagai tujuan ekspor maupun sumber impor. Selama lima tahun ke depan (2019-2023), total perdagangan kedua negara terus meningkat dengan tren sebesar 9,14%.

Pada Januari-Maret 2024, total perdagangan Indonesia dan Jepang tercatat sebesar $8,5 miliar. Pada periode tersebut, ekspor Indonesia ke Jepang sebesar US$5,1 miliar dan impor Indonesia dari Jepang sebesar US$3,3 miliar. Pada periode tersebut, Indonesia mengalami lebih dari US$1,8 miliar.

Sementara pada tahun 2023, total perdagangan kedua negara mencapai $37,2 miliar, nilai ekspor Indonesia ke Jepang mencapai $20,7 miliar, dan impor Indonesia dari Jepang tercatat sebesar $16,5 miliar.

Pada tahun itu, Indonesia menikmati surplus perdagangan dengan Jepang sebesar $4,2 miliar.

Produk ekspor utama Indonesia ke Jepang antara lain batu bara, mineral, bahan bakar gas, nikel, dan kabel listrik. Sedangkan impor Indonesia dari Jepang antara lain suku cadang aksesoris kendaraan bermotor, kendaraan bermotor belum dirakit, baja pelat/baja paduan, dan produk baja canai lainnya seperti mobil dan kendaraan bermotor lainnya.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel.