Bisnis.com, JAKARTA – Kinerja harga saham bank jumbo seperti PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) untuk PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) melemah pada pekan ini. Bagaimana prospeknya?
Harga saham BBCA turun 0,52% menjadi Rp 9.375 pada penghujung hari perdagangan Rabu (5/8/2024), berdasarkan data RTI Business. Sementara itu, harga saham BBCA mengalami penurunan sebesar 4,34% dalam sepekan.
Sementara harga saham BMRI terpantau stagnan dan menetap di Rp 6.575 hingga akhir perdagangan Rabu (08/05/2024). Sedangkan harga saham BMRI turun 9,06% dalam sepekan
Juga PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) turun 0,64% ke Rp 4.670. Harga sahamnya anjlok 11,05% dalam sepekan
Nasib berbeda dialami PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) yang harga sahamnya naik 0,21% menjadi Rp 4.680 dalam 24 jam terakhir (Rabu 5 Agustus 2024). Namun dalam sepekan, harga saham BBRI juga turun 5,26%.
Sebelumnya, pengamat pasar modal sekaligus pendiri WH-Project William Hartanto mengatakan fenomena “jualan di bulan Mei” berdampak dan dirasakan di sektor perbankan.
“Aksi jual pada bulan Mei sepertinya sedang berlangsung dan dampaknya paling terasa di sektor perbankan,” kata William kepada Bisnis, Jumat (10 Mei 2024).
Ia mengatakan, fenomena penjualan pada bulan Mei mungkin akan terus berlanjut, namun dengan dampak yang tidak terlalu signifikan. Hal tersebut terlihat dari kondisi IHSG yang masih bertahan di atas level 7.000 meski tekanan jualnya cukup kuat.
Seperti diketahui, fenomena Sell in May and Go Away mengacu pada strategi investor untuk mengurangi bobot saham di bulan Mei. Misalnya, investor asing meninggalkan pasar saham untuk berlibur selama musim panas dan kembali ke pasar saham pada bulan November.
Berdasarkan riset, Maybank Sekuritas masih memperkirakan pertumbuhan kredit industri pada tahun 2024 akan tetap kuat sebesar 10% year-on-year, sesuai dengan estimasi Bank Indonesia (BI) sebesar 10-12% year-on-year.
“Kami memiliki sikap positif terhadap sektor perbankan Indonesia. “Kami terus menyukai: paparan BBRI, BBCA dan BRIS terhadap sektor perbankan Indonesia dan merekomendasikan pembelian ketika melemah,” kata laporan itu.
Penafian: Berita ini tidak dimaksudkan untuk mendorong pembelian atau penjualan saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan yang diakibatkan oleh keputusan investasi pembaca.
Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel