Bisnis.com, JAKARTA – Prospek right issue di masa depan menjadi salah satu cara mendapatkan pembiayaan murah.

Analis BCA Sekuritas Ahmed Yaki menjelaskan alasannya, karena biayanya murah dan tanpa bunga seperti penerbitan obligasi atau pinjaman bank.

“Opsi right issue lebih menarik jika kinerja emiten bagus dan tujuan right issue fokus pada peningkatan kinerja dan perluasan usaha,” ujarnya saat memberikan sambutan, Rabu (25/9/2024). 

Lebih lanjut, dibandingkan obligasi, kata dia, right issue lebih menarik karena dengan obligasi penerbit harus menyiapkan dana untuk membayar kupon, sedangkan right issue tidak diperlukan.

Ia kemudian menjelaskan, yang perlu diperhatikan investor dalam right issue ini adalah tujuannya.

“Yang perlu diperhatikan investor adalah apa tujuan dari right issue? Kalau untuk meningkatkan kinerja dan memperluas usaha, itu bagus sekali,” ujarnya.

Lebih lanjut, dia mengatakan hal lain yang perlu diperhatikan adalah potensi dilusi pemegang saham pengendali pasca right issue.

“Apakah ada pembeli cadangan jika right issue tidak diambil?” “Bagaimana prospek bisnis kedepannya setelah right issue?”

Sementara itu, Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat ada 24 emiten yang mengantri atau menunggu untuk menggelar right issue mulai 20 September 2024.

Emiten yang melakukan right issue ini sebagian besar berasal dari perusahaan di sektor konsumen dan keuangan.

Menurut BEI, right issue adalah saham yang dikeluarkan suatu perusahaan untuk menambah modal usaha. Istilah right issue mengacu pada penerbitan saham baru yang akan menambah jumlah saham yang beredar di pasar. 

Sejauh ini BEI telah mencatatkan 15 perusahaan yang menerbitkan HMETD dengan total nilai Rp 34,42 triliun.

“Masih ada 24 perusahaan yang tercatat dalam right list BEI,” kata Direktur Penilaian BEI, I Gede Nyoman Yetna, dalam keterangan tertulisnya, dikutip Senin (23/9/2024).

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel