Bisnis.com, JAKARTA – Pertumbuhan kredit korporasi terus meningkat hingga mencapai dua digit. Di sini, tidak seperti kredit individu, yang berada pada tingkat satu digit, bahkan penurunan bulanan pun tercatat. Lantas bagaimana prospek penyaluran kredit korporasi pada kuartal II-2024?

Berdasarkan analisis arus kas yang dirilis Bank Indonesia, perkembangan kredit yang mencapai Rp7.247,7 triliun didorong oleh penyaluran kredit kepada debitur korporasi yang meningkat sebesar 17% year-on-year. Angka tersebut hanya naik 15,8% dari bulan sebelumnya.

Sedangkan kredit perorangan hanya tumbuh sebesar 7,2% secara tahunan dibandingkan bulan sebelumnya yakni Maret 2024 yang mencapai 7,6%. 

Peneliti Indef Center for Macroeconomics and Finance Abdul Manap Pulungan mengatakan, peningkatan pinjaman korporasi pada April 2024 disebabkan oleh libur Idul Fitri yang kemungkinan akan meningkatkan kebutuhan pembiayaan untuk memenuhi permintaan konsumen yang meningkat. 

Sedangkan pada kuartal II 2024, polanya akan sama. Tidak banyak perubahan [untuk kredit korporasi], ujarnya kepada Bisnis, Senin (6/10/2024).

Ia memperkirakan pada kuartal II-2024, tergantung jenis penggunaannya, pertumbuhan kredit investasi akan tumbuh signifikan dibandingkan kredit modal kerja. 

Pasalnya, hal ini terkait dengan kemenangan Prabowo Subianto pada Pilpres 2024, dimana investor mempunyai persepsi ke depan tidak akan ada perubahan signifikan baik dari sisi regulasi maupun tujuan yang ingin dicapai. 

Artinya banyak yang bilang par 02 itu cerminan pemerintahan Jokowi, jadi investor segera meningkatkan kapasitas produksi pabriknya [karena tidak ada perubahan signifikan],” ujarnya.

Ke depan, ia melihat kredit konsumsi akan sulit tumbuh hingga akhir tahun 2024. Saat ini, banyak masyarakat yang masih mempertahankan permintaan kredit untuk barang-barang tidak tahan lama. Sebaliknya, masyarakat saat ini lebih mementingkan pemenuhan kebutuhan dasar.

“Bisa jadi [kredit konsumen] bisa bergerak di akhir tahun kalau inflasi pangan bisa dikendalikan supaya tidak terus menerus,” ujarnya. 

Sementara itu, BI saat ini memperkirakan permintaan kredit usaha masih kuat hingga tiga bulan ke depan atau Juni 2024, tercermin pada SBT sebesar 36,8%, sedikit lebih tinggi dibandingkan periode Mei 2024 yang WBT-nya sebesar 36,2%. 

Peningkatan kebutuhan pendanaan pada Juni 2024 diperkirakan terjadi pada sektor pertambangan, perdagangan, dan reparasi otomotif dan motor. 

Pertumbuhan pembiayaan korporasi terutama ditujukan untuk menunjang operasional dan membayar kewajiban yang tidak dapat diperpanjang.

Sebelumnya, Survei Permintaan dan Penawaran Pendanaan Perbankan yang diterbitkan oleh oBI menunjukkan kebutuhan pendanaan korporasi akan meningkat pada Maret 2024, tercermin dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT) pendanaan korporasi sebesar 25,3%, meningkat pesat dibandingkan SBT sebesar 11,1%. %. pada bulan Februari 2024.  

“Peningkatan kebutuhan pembiayaan korporasi terutama didorong oleh meningkatnya kebutuhan di sektor perdagangan, industri, manufaktur, dan konstruksi,” tulis BI dalam risetnya.

Kebutuhan pembiayaan usaha terutama digunakan untuk menunjang kegiatan operasional dan membayar kewajiban. 

Responden kelompok usaha berpendapat kebutuhan pembiayaan pada Maret 2024 masih dapat dipenuhi terutama dari dana sendiri sebesar 70,9%, disusul penggunaan kapasitas pompa sebesar 11%, dan pembiayaan dari perbankan dalam negeri sebesar 9,4%.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA channel