Bisnis.com, JAKARTA — Kinerja sejumlah emiten sektor konsumer diperkirakan akan tumbuh bertahap setelah dua emiten konsumen, PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP) dan PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR) menerbitkan laporan keuangan semester I/2024.
Head of Customer Education and Reading Kiwoom Sekuritas Oktavianus Audi menjelaskan, pihaknya melihat ada beberapa nasabah yang pertumbuhannya akan melambat pada kuartal II 2024. Menurut dia, salah satu penyebab penurunan tersebut adalah melemahnya nilai tukar rupiah. pada kuartal kedua tahun 2024.
“Kami melihat ada beberapa pelanggan yang akan berproduksi yang pertumbuhannya lambat, terutama karena kinerja kuartal II yang salah satunya disebabkan oleh pelemahan nilai tukar rupiah,” kata Audi, China ( 25/7). /2024).
Selain penurunan tersebut, menurut Audi, penurunan kinerja nasabah juga akan diperparah dengan penurunan pendapatan di tengah pengetatan dana.
Namun, lanjutnya, dari sisi permintaan, perilaku masyarakat membeli energi masih berada pada level ekspektasi. Hal ini terlihat dari data Indeks Kepercayaan Konsumen yang masih berada di level 123, sejak Juni 2024.
Audi juga mengatakan penurunan kinerja bisa disebabkan oleh volume penjualan masing-masing pemasok. Dia mencontohkan seperti HMSP pada semester I 2024, penjualannya meningkat 3% year on year (yoy), namun HMSP justru mengalami penurunan pertumbuhan HMSP yang turun 11,6% yoy akibat kenaikan pajak penjualan 11% pada tahun 2023. – periode 2024.
Sementara menurut Audi, lemahnya kinerja UNVR disebabkan oleh menurunnya kinerja lini atas. Audi mencatat top line UNVR pada semester I 2024 turun 6,2% year-on-year sehingga mendorong laba UNVR turun -10,6% yoy.
Sementara itu, Kiwoom Sekuritas memberikan pandangan netral terhadap saham FMCG hingga akhir tahun ini. Kiwoom Sekuritas memilih dua saham FMCG untuk disimak, yakni PT Mepu Active Adiperkasa Tbk. (MAPA) dan PT Mayora Indah Tbk. (MYOR).
Kiwoom Sekuritas memberikan rekomendasi beli saham MAPA dengan target harga (TP) Rp 890 per saham. Begitu pula dengan saham MYOR yang mendapat rekomendasi beli, memiliki TP Rp 3.160 per saham.
Dilihat dari laporan keuangannya, UNVR mencatatkan penjualan sebesar Rp 19,04 triliun. Penjualan tersebut turun 6,15% dibandingkan periode yang sama tahun lalu menjadi Rp 20,29 triliun.
Pendapatan UNVR juga tercatat lebih rendah menjadi Rp2,46 triliun atau turun 10,60% dibandingkan semester I/2023 yang mencapai Rp2,75 triliun.
Sedangkan HMSP mencatatkan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik unit induk sebesar Rp3,31 triliun. Laba bersih ini disesuaikan 11,55% per tahun dari Rp 3,75 triliun pada akhir Juni 2023.
Namun penjualan HMSP tercatat masih meningkat 2,96% year-on-year menjadi Rp 57,81 triliun pada semester I/2024. Sebelumnya, pada periode yang sama tahun lalu, penjualan HMSP sebesar Rp 56,15 triliun.
————-
Penafian: berita ini tidak dimaksudkan untuk mendorong pembelian atau penjualan saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas segala kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel