Bisnis.com, Jakarta – Kehadiran Proyek Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara diharapkan menjadi katalis positif bagi perusahaan semen. Bagaimana prospek saham SMGR dan INTP ke depan? 

Senior Asset Analyst Sinarmas Sekuritas Yosua Zisukhi mengatakan, permintaan semen, khususnya curah, di Pulau Kalimantan masih penuh tantangan seiring dengan perkembangan IKN. Hingga Agustus lalu, kebutuhan semen di pulau tersebut meningkat hampir 20 persen.  

Namun peningkatan permintaan semen curah di Kalimantan tidak serta merta meningkatkan pangsa pasar industri ini karena sebagian besar bergantung pada penjualan semen eceran. 

Peningkatan di Kalimantan, khususnya di wilayah IKN, tidak bisa serta merta meningkatkan pangsa pasar atau status semen, ujarnya dalam diskusi online, Selasa (24/9/2024).

Menurut data Asosiasi Semen Indonesia (ASI), pangsa pasar semen curah meningkat dari 27 persen tahun lalu menjadi 30 persen pada Agustus 2024. Pangsa pasar semen ritel mengalami penurunan dari 72,2% menjadi 69,4% sepanjang tahun. 

Yuswa mengatakan, perubahan tersebut mencerminkan adanya pergeseran permintaan dari ritel ke massal. Seperti diketahui, semen curah banyak digunakan pada proyek infrastruktur, sedangkan semen retail banyak digunakan pada sektor real estate. 

“Ada permasalahan di sini yang menunjukkan bahwa industri semen kurang memiliki penggerak dari sektor real estate. Jadi ada harapan bahwa hal ini akan membantu meningkatkan permintaan di sektor real estate karena suku bunga akan turun di masa depan.” 

Di sisi lain, dia menilai ada sedikit perbaikan pada penjualan semen di PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. (SMGR) dan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. (INTP). 

Namun penjualan SMGR masih jauh dari puncak dan diperkirakan akan turun sekitar 4% pada periode September-Oktober. Sementara penjualan INTP diperkirakan meningkat karena pembelian Seman Grobogan. 

Secara keseluruhan, industri semen masih berjuang untuk meningkatkan daya saing, pangsa pasar dan keuntungan. Selanjutnya anggaran infrastruktur juga akan turun dari Rp422 triliun menjadi Rp400 triliun pada tahun depan, kata Yusova. 

Samuel Securitas kemudian memberikan peringkat netral pada saham INTP dan target harga Rp 7.250 per saham. Sedangkan SMGR diturunkan dengan target harga Rp 3.400 per saham. 

Di bursa, saham INTP memiliki premi Rp 6.775 per saham atau mencerminkan penyesuaian year-on-year (YtD) sebesar 27,93%. Sedangkan saham SMGR turun 40,31% menjadi $3.820 per saham. 

Dari sisi kinerja, SMGR dan INTP mencatatkan penurunan laba bersih pada semester I 2024. SMGR misalnya meraih laba bersih Rp 501,47 miliar, turun 42,11% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yakni Rp 866,23 miliar. 

INTP juga mencatatkan penurunan laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar 37,76% secara year-on-year menjadi Rp 434,7 miliar. Akibat penurunan tersebut, laba per saham turun dari Rp 203,56 menjadi Rp 123,92.

Disclaimer: Berita ini bukan merupakan rekomendasi untuk membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas segala kerugian atau keuntungan yang diakibatkan oleh keputusan investasi pembaca.

Simak berita dan artikel lainnya dari Google News dan WA Channel.