Bisnis.com, Jakarta – Prospek Surat Berharga Negara Ritel (SBN) dinilai masih menarik meski penawaran kupon diperkirakan menurun seiring penurunan suku bunga acuan.

Fikri C Permana, Ekonom KB Valbury Sekuritas, mengatakan penurunan kupon bank ritel (SBN) masih akan terjadi di tengah siklus pelonggaran moneter dengan penurunan suku bunga acuan seperti yang dilakukan Federal Reserve dan Bank Indonesia. 

“Hari ini suku bunga acuan The Fed dan The Fed sudah menjadi dovish ya, bisa saja terjadi penurunan lebih lanjut,” ujarnya. “Jadi menurut saya SBN reguler atau SBN ritel akan menyebabkan penurunan imbal hasil atau kupon di kemudian hari,” ujarnya saat dihubungi BSNIS Dikutip, Rabu (25/9/2024).

Dia mengatakan SBN untuk perorangan masih menarik dan kompetitif dibandingkan sarana investasi lainnya karena adanya ekspektasi penurunan harga BI lebih lanjut. Menurutnya, investor perlu memanfaatkan momen ini.

Fikri mengatakan, potensi imbal hasil obligasi perbankan ritel bagi perorangan sedikit lebih menarik dibandingkan deposito. Dia menjelaskan, rata-rata deposito memberikan tingkat bunga 3,7%. Jumlah tersebut dipotong pajak penghasilan (PPh) dengan bunga deposito sebesar 20%. Akibatnya, imbal hasil investor yang menempatkan uangnya di deposito lebih rendah dibandingkan imbal hasil obligasi SBN ritel. 

“DPK menurut saya kurang kompetitif. Tapi dari segi likuiditas deposito lebih baik dibandingkan SBN untuk perorangan karena kalau SBN harus menunggu beberapa waktu dulu baru bisa dicairkan atau dijual di pasar sekunder,” ujarnya. .

Di sisi lain, Fikri menilai reksa dana hibrida atau reksa dana lebih menarik untuk dipertimbangkan investor saat ini. Pasalnya, penurunan suku bunga menunjukkan perekonomian sedang pulih.

Dengan demikian, kata Fikri, saat ini merupakan waktu yang relatif tepat untuk mengumpulkan aset-aset yang lebih berisiko melalui obligasi atau saham yang mendasarinya. 

“Sebaliknya, jika siklus bisnis saat ini berisiko resesi, mungkin saat ini lebih menarik bagi SBN ritel atau instrumen yang dilindungi inflasi seperti SBN,” tambahnya.

Sekadar informasi, SBN Ritel merupakan instrumen pembiayaan dari pemerintah dalam bentuk produk investasi yang dapat dibeli oleh warga negara Indonesia. Setelah menerbitkan obligasi ritel SR021, pemerintah akan menerbitkan obligasi pemerintah ritel seri ORI026 yang mulai dilelang pada 30 September 2024.

Sedangkan sejak awal tahun 2024, pemerintah telah mengajukan penawaran ORI025, SR020, ST012, SBR013 dan SR021.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel