Bisnis.com, JAKARTA – Produsen susu ikan Surikan, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka mengaku tidak mengetahui masuknya komponen susu ikan dalam program makanan bergizi gratis yang diusung kabinet pemerintah.

CEO Bay Protein Magbulatin Nuha mengatakan pihaknya sendiri mampu memproduksi 30 ton susu ikan per bulan dengan menggunakan teknologi hidrolisat protein ikan (HPI). Menurut dia, jumlah tersebut masih belum mencukupi kebutuhan nasional program pangan bergizi gratis.

Sedangkan HPI merupakan ekstrak asam amino esensial dan non-esensial yang mengandung peptida lebih kecil dan tingkat penyerapan lebih optimal.

“Kalau kita coba hitung, [bandeng Surikan] hanya bisa mencakup 1 kabupaten, tapi kalau nasional pasti perlu ada sentra produksi baru,” kata Nuha dalam acara Diskusi BRIN Media Lounge. . Susu Ikan di Jakarta, Rabu (9/10/2024).

Untuk itu, Nuha mengatakan, kehadiran susu ikan dalam program pemberian pakan gratis ini masih didiskusikan dengan pemerintah. Ia juga menjelaskan, belum ada keputusan terkait penyertaan komponen susu ikan dalam program tersebut.

Pasalnya, kata dia, tantangan terbesar dalam memasukkan susu ikan ke dalam program Prabowo-Gibran adalah membutuhkan kapasitas produksi yang lebih besar.

“Kapasitas baru kita setara dengan 3,7 juta botol per bulan, atau setara dengan cakupan 1 kabupaten saja. Bayangkan ada sekitar 504 kota/kabupaten di Indonesia, kita harus spesialis untuk memenuhi kebutuhan tersebut,” ujarnya.

Meski demikian, Nuha mengatakan pihaknya akan tetap mendistribusikan produk susu ikan Surikan ke masyarakat secara online.

“Namun masih dalam tahap pengembangan untuk masuk program dan kami akan meminta produsen untuk memutuskan bagaimana,” ujarnya.

Dari segi harga, Nuha mengklaim susu ikan Surikan cukup bersaing dengan merek susu yang ada di pasaran. Bahkan, menurut riset pasar, harga susu di pasaran memang lebih mahal dari Rp 300.000 dengan berat bersih sama dengan susu Surikan.

“Kami berusaha menghadirkan produk kami dengan harga lebih murah. Teknologinya berbeda,” ujarnya.

Sekadar informasi, Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Kemenkop UKM) telah mengajukan usulan penggunaan susu ikan sebagai alternatif susu sapi kepada Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Kemenkop UKM).

Sebelumnya diberitakan, Badan Gizi Nasional akan melakukan uji coba penggunaan susu ikan sebagai alternatif pengganti susu sapi dalam program pangan bebas bergizi.

Kepala Badan Gizi Nasional Dadan Hindayana mengatakan, pihaknya akan menerima usulan yang baik, seperti usulan penggunaan susu ikan. Namun proposisi ini harus diuji terlebih dahulu.

“Ini akan kita coba dulu karena yang lain sudah hampir 8-9 bulan kita coba,” kata Dadan di JCC, Jakarta, Selasa (8/10/2024).

Namun, ia menegaskan, meski diuji, susu ikan hanya akan menjadi alternatif, bukan pengganti susu sapi. Artinya, penggunaan susu ikan dan susu sapi akan bergantung pada daerah.

“Di daerah yang banyak susunya kita pakai susu biasa. Tapi di daerah yang banyak protein ikannya kita pakai protein ikannya,” jelasnya.

Sementara itu, Dadan mengungkapkan, program makan bergizi gratis atau peningkatan gizi anak akan menelan biaya sekitar Rp 1,2 triliun per hari jika sudah beroperasi penuh.

Ia menjelaskan, sasaran penerima manfaat program MBG sebanyak 82,9 juta orang. Jika target tersebut tercapai, anggarannya bisa mencapai sekitar Rp400 triliun per tahun atau Rp1,2 triliun per hari.

Rinciannya, 75% dari Rp1,2 triliun atau sekitar Rp800 miliar akan digunakan untuk intervensi pangan pada anak sekolah.

Kemudian 85% dari Rp 800 miliar digunakan untuk membeli bahan baku makanan bergizi gratis agar uangnya langsung beredar ke masyarakat.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel