Bisnis.com, Jakarta – Gabungan Produsen Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) mencari bahan baku alternatif untuk menahan dampak melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. 

Seperti diketahui, industri makanan dan minuman menjadi salah satu subsektor yang terkena dampak pelemahan nilai tukar rupee terhadap dolar AS, karena lebih dari 60% bahan baku makanan dan minuman masih diimpor seperti gandum, gula rafinasi, jagung. . , dan bahan baku susu.

Ketua Senat GAPMI Adhi S. Lukman mengatakan, pihaknya mulai menerapkan beberapa strategi untuk menghindari kenaikan biaya produksi dan kenaikan harga jual ke konsumen. 

“Industri sedang mengkaji kapasitas dan mencari sumber alternatif dari lokal dan negara alternatif,” kata Adhi saat dihubungi, Selasa (18/6/2024). 

Adhi menjelaskan, harga pokok produksi (CPP) produk makanan dan minuman cepat atau lambat pasti akan meningkat. Pada saat yang sama, produsen tidak bisa menaikkan harga jual ke konsumen.

Apalagi, saat ini optimisme konsumen terhadap situasi perekonomian pasca libur Idul Fitri 2024 semakin menurun. Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Mei 2024 turun dari 125,2 atau 127,7. bulan lalu 

“Hal itu tentu menambah biaya produksi dan belum tentu menaikkan harga jual ke konsumen yang memakan waktu. Akibatnya, merugikan keuntungan perusahaan.” 

Alternatifnya, pemerintah melalui Kementerian Perindustrian kini menggalakkan pengurangan produk pertanian untuk menciptakan beragam produk pangan yang menggunakan bahan baku lokal. 

Kepala Dinas Industri Kecil, Menengah dan Lainnya (IKMA) menginformasikan, Perkembangan industri pangan masih mempunyai harapan positif, ke depan produk-produk pertanian dapat menjadi tuan rumah di negara-negara sendiri di bawahnya. Industri, Reni Anita. 

Tn. Menurut Reni, produk pertanian dan pangan lokal lainnya menjadi tulang punggung ketahanan pangan Indonesia. Karena masyarakat tidak hanya menginginkan makanan segar, tetapi juga masakan berkelas. 

Ia mencontohkan pelaku industri dapat menggunakan bahan baku alternatif sebagai sumber pati seperti kentang, jagung, bubur nasi, bubur beras dan lain-lain.

“Percepatan pengurangan komoditas pangan saat ini menjadi penting karena terdapat potensi besar dalam pengembangan produk olahan lanjutan berbahan baku lokal, produk setengah jadi, dan produk jadi (end product) siap konsumsi.” 

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel