Bisnis.com, JAKARTA – Industri kecil dan menengah pangan (UKM) disebut kesulitan mengirimkan produk jadi ke pengecer modern seperti Indomaret. Sementara itu, ekspor bahan baku pangan terus tumbuh pesat. 

Sabariadi, Direktur IKM Pangan, Furnitur, dan Bahan Bangunan Kementerian Perindustrian, mengatakan hal ini sebagian besar disebabkan oleh standar ritel modern, di mana produk IKM mulai dari merek hingga kemasan tidak tersedia. 

“Ada beberapa hal terkait standar ritel, jadi standar ritel. Misalnya Indomaret, tidak mudah bagi [produk menengah, kecil, dan mikro] masuk ke Indomaret,” Jumat (14/6/2024). 

Tidak hanya itu, perusahaan makanan dan menengah juga dikatakan tidak mampu menjual produknya di pasar ritel saat ini karena beberapa faktor utama. Kepercayaan terhadap UKM masih rendah karena persaingan antar gerai ritel yang sangat ketat. 

Sekadar informasi, kontribusi IKM industri makanan terhadap nilai produksi nasional mencapai 1,68% dengan menopang 1,68 juta unit usaha atau 38,27% dari 4,41 juta unit usaha IKM. UKM dapat mempekerjakan 3,89 juta tenaga kerja atau 37,57% UKM. 

“Sebenarnya hampir [limitations] standar yang ditetapkan dalam retail dan desain kemasan terkait branding, sehingga terkadang retailer memandangnya setengah hati karena takut tidak laku,” ujarnya. 

Meskipun hal ini sulit, ia mengutip contoh UKM yang berhasil memasuki ritel modern, seperti Bolo Kemojo, yang memasuki Indomaret di kawasan Pecanbaru, Rio. Sekaligus, produk tersebut mengikuti Inovasi Pangan Indonesia (IFI) yang diadakan Kementerian Perindustrian. 

Di sisi lain, Kementerian Perindustrian disebut sedang menyiapkan gerai ritel khusus untuk menjual produk IKM pesaing. Hingga saat ini, beberapa bandara telah memiliki outlet untuk usaha kecil, menengah, dan mikro. 

“Kami masih memiliki banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk masuk ke ritel besar,” katanya. “Namun kini setelah bisnisnya selaras, teman-teman kami di bidang ritel kini dapat berkonsultasi dengan UKM mengenai standar mereka, dan kami akan mengembangkan standar ritel di masa depan.” 

Lebih lanjut dia menjelaskan, sebagian besar produk menengah, kecil, dan mikro yang berhasil dijual ke luar negeri dengan cara ekspor adalah dalam bentuk curah atau kantong, yang digunakan sebagai bahan baku di negara tujuan.

Dalam konteks ini, pihaknya telah mendorong pentingnya hilirisasi melalui serangkaian program akselerasi UKM untuk meningkatkan nilai produk pangan di food hub. 

Selain itu, peningkatan sistem keamanan pangan melalui sertifikasi HACCP guna meningkatkan daya saing, meningkatkan nilai tambah produk pangan di sentra produksi dan meningkatkan akses pasar melalui kerjasama.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA channel