Bisnis.com, JAKARTA – Kebijakan pemerintah melakukan pra-pembiayaan Surat Berharga Negara (SBN) untuk membiayai Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025 membuka peluang tambahan cadangan devisa menebal di akhir tahun. 

FYI, rencana pra-pembiayaan ini dilakukan dengan menerbitkan SBN untuk membiayai pemerintahan pertama Prabowo atau 2025, meski tahun anggaran belum dimulai. 

Pendanaan di muka hanya dapat dilakukan sebelum atau selama triwulan keempat tahun anggaran berjalan. Misalnya, pra-pembiayaan tahun 2025 akan dilakukan pada triwulan IV tahun 2024 atau seluruh periode Oktober hingga Desember 2024. 

Yusuf Randy Manilet, Ekonom Center for Economic Reform, menilai permasalahan ini bisa mendorong investor global datang ke Indonesia sehingga bisa menerima devisa dari investor global.

“Penerbitan surat utang pada akhir tahun dapat menambah cadangan devisa,” ujarnya kepada Bisnis, Senin (7/10/2024). 

Meski begitu, Yusuf mengetahui bahwa implikasi geopolitik global dapat mempengaruhi pergerakan nilai tukar dan pada akhirnya ketersediaan uang tunai, terutama dalam jangka pendek. 

Mengingat dampak penurunan suku bunga pada bulan September lalu, Yusuf memperkirakan hal ini akan dirasakan seiring berlanjutnya bulan Oktober. 

Selain itu, dengan adanya kemungkinan kembali dilakukannya penurunan suku bunga oleh The Fed, Yusuf optimis ketentuan tersebut akan semakin mendukung pasar keuangan Indonesia. 

“Jadi pergerakan Cadev akan berjumlah antara $148 miliar dan $150 miliar pada akhir tahun ini,” katanya. 

Di sisi lain, Kepala Badan Pengelola Devisa Bank Indonesia (BI) Edi Susianto mencatat situasi cadangan devisa berada dalam kondisi sangat baik yakni sebesar 149,9 miliar dolar AS pada akhir September 2024. 

Posisi ini setara dengan 6,6 bulan impor atau 6,4 bulan pembiayaan impor dan pembayaran utang luar negeri negara, berada di atas standar kecukupan internasional yang sekitar 3 bulan impor. 

Meski nilai cadangan devisa turun pada September akibat pembayaran utang luar negeri, Edi yakin jumlah tersebut masih cukup untuk menjaga kredibilitas keuangan Indonesia. 

Level tersebut masih cukup untuk menjaga kredibilitas dan stabilitas rupee, ujarnya. 

Sebelumnya, Rico Amir, Direktur Strategi dan Portofolio Pendanaan, Direktorat Jenderal Pengelolaan Keuangan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, mengatakan ada beberapa pertimbangan yang diperhatikan dalam proses pra pendanaan. 

Salah satunya adalah selesainya penerbitan SBN mata uang asing (Valas) pada tahun 2024 untuk membiayai APBN.  

“Dengan demikian, hingga akhir tahun, SBN tidak akan diterbitkan dalam mata uang asing, kecuali untuk prefinancing tahun 2025. Padahal, pembiayaan yang dilakukan tahun ini adalah untuk tahun 2025,” ujarnya dalam APBN Media. Rapat tahun 2025 dijadwalkan pada Jumat (27 September 2024).  

Sedangkan pembiayaan utang senilai Rp775,9 triliun pada tahun 2025 akan ditutupi oleh pelunasan pinjaman senilai Rp133,31 triliun dan penerbitan SBN senilai Rp642,56 triliun.

Untuk berita dan artikel lainnya, kunjungi Google Berita dan WA Channel