Bisnis.com, JAKARTA – BRI, Banyak bankir dari BNI dan Bank Oke yang menyuarakan pendapatnya mengenai rencana Presiden Prabowo Subianto untuk menghapus utang banyak segmen nasabah bank tersebut.
Seperti diketahui, Presiden Prabowo yang merupakan seorang petani berencana menerbitkan Peraturan Presiden (Perpres) tentang Pinjaman Bank untuk Nelayan dan UMKM.
Terkait hal tersebut, Direktur Bisnis Mikro BRI Supari mengatakan perseroan masih menunggu terbitnya peraturan presiden terkait pencucian atau pembatalan utang pelaku usaha.
Ia menjelaskan, pengelolaan kredit bermasalah di industri keuangan biasanya dilakukan melalui mekanisme penurunan bunga dan penghapusan.
Pertama, syarat dikeluarkannya kredit dari neraca sesuai kebijakan internal bank, seperti kategori macet dan cadangan maksimal 100%.
Kepada Bisnis, ia mengatakan, “Pengurangan utang tersebut tidak menghilangkan utang untuk membayar pinjaman, sehingga penagihan tetap berjalan.” Demikian disampaikan pada Kamis (24/10/2024).
Kedua, hapusnya kewajiban debitur terhadap debitur sehingga utangnya tidak dapat dilunasi.
Ambil contoh, pada tahun 2004 bencana nasional seperti Tsunami Aceh yang merupakan bencana nasional menerapkan kebijakan penagihan kepada pelanggan dalam kondisi tertentu yang diputuskan dalam rapat umum pemegang saham.
Menurut Supari, kebijakan mengenai pembayaran sebenarnya tertuang dalam UU No. 4 Tahun 2023 diarahkan pada Pembangunan dan Penguatan Sektor Keuangan (UU P2SK). Namun penerapannya tetap memerlukan penerapan peraturan yang mengatur kriteria konsumen yang dapat memotong tagihannya.
“Saya yakin kebijakan yang akan dikeluarkan dan peraturan yang akan diterapkan akan mempertimbangkan kepentingan pihak-pihak yang terlibat.”
Supari juga optimis kerja sama pemerintah dan sektor keuangan, termasuk BRI, akan terus mendorong pertumbuhan UMKM Indonesia dan menciptakan perekonomian yang inklusif dan berkeadilan.
Sementara itu, Pimpinan BNI Royke Tumilaar menegaskan pihaknya mendukung penuh isu kredit putih bagi UMKM.
Meski demikian, ia mengingatkan ada poin penting bagi pemerintah untuk menghindari moral hazard terkait wacana tersebut.
Apalagi karena bencana dalam negeri, termasuk Covid-19, ada batasannya, ujarnya kepada Bisnis. Demikian disampaikan pada Kamis (24/10/2024).
Pengunjung melihat produk UMKM di Jakarta/Bisnis-Abdurachman.
Saat ditanya apakah Himpunan Bankir Negara (Himbara) siap melunasi utang tersebut, Royke menjawab Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan aparat penegak hukum. (APH) hendaknya ikut serta dalam penyusunan Kebijakan Penyelesaian Utang ini.
“Disarankan OJK dan APH ikut serta dalam penyusunan kebijakan ini.”
Tidak hanya kelompok bank pemerintah saja, namun juga bank swasta seperti PT Bank Oke Indonesia Tbk. (DNAR) masih mempelajari aturan yang akan diterbitkan kembali.
Chief Compliance Officer Bank Oke Efdinal Alamsyah mengatakan, dampak pemotongan atau penghapusan pinjaman uang putih bagi bank itu sendiri adalah pinjaman tersebut telah dikeluarkan dari neraca bank.
Kepada Bisnis, Kamis (24/10/2024), ia mengatakan, “Dengan demikian, kinerja keuangan bank tidak terpengaruh.”
Jika aturannya jelas dan dilaksanakan dengan baik maka akan meningkatkan daya beli petani dan nelayan serta memperkuat sektor UMKM, ujarnya.
Dengan demikian, hal tersebut akan berujung pada pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut serta meningkatkan loyalitas pelanggan.
Namun, Efdinal membiarkan sebagian nasabah kurang disiplin dalam mengelola utangnya, sehingga kebijakan tersebut memungkinkan mereka untuk melunasi utangnya tanpa konsekuensi; Hal ini juga memperingatkan kemungkinan konsekuensi negatif yang dapat menimbulkan masalah moral hazard.
Oleh karena itu, penting adanya aturan yang jelas agar tidak dieksploitasi oleh pihak yang tidak bertanggung jawab dan jujur serta merugikan pengusaha UMKM, dan aturan tersebut juga ditegakkan dengan baik.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel.