Bisnis.com, Jakarta – Penjualan mobil terus membaik namun masih jauh dari pemulihan.

Angka terakhir Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gikendo) menunjukkan penjualan grosir mobil (yaitu dari pabrik ke dealer) mencapai 76.304 unit pada Agustus 2024. Jumlah ini meningkat 2,8 persen dari bulan sebelumnya sebanyak 74.229 unit.

Sayangnya, angka penjualan Agustus tahun ini turun 14,2 persen dibandingkan bulan yang sama tahun lalu.

Secara US$3, total penjualan kendaraan (grosir) Januari-Agustus 2024 hanya mencapai 560.619 unit, masih turun 17,1% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Namun penjualan kendaraan listrik yakni hybrid electric vehicle (HEV) dan battery electric vehicle (BEV) lebih baik dibandingkan kendaraan konvensional (ICE/ICE).

Hingga Agustus 2024, penjualan kendaraan listrik murni mencapai 5.290 unit, meningkat secara bulanan sebesar 23,91 persen. Sementara penjualan mobil hybrid naik 23,11 persen menjadi 6.099 unit, naik dari 4.954 unit pada Juli 2024.

Banyak faktor yang mempengaruhi penjualan mobil tahun ini termasuk kondisi perekonomian domestik dan global yang kurang menjanjikan.

Ketua Umum Gaikindo yang pertama, Jongkie Sugiarto, mengatakan faktor ekonomi seperti pertumbuhan ekonomi, melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, dan tingginya suku bunga menghambat penjualan dalam negeri.

Senada, Head of Corporate Communication Astra Boy Kelana Soebroto mengatakan, di pasar otomotif ada beberapa faktor yang mempengaruhi penjualan, termasuk suku bunga.

“Suku bunga seringkali berdampak langsung terhadap keputusan pembelian konsumen. Bisa berdampak pada permintaan,” ujarnya, Jumat (13 September 2024). Ekosistem BEV terus didorong.

Pemerintah terus menyusun strategi untuk mempercepat transisi menuju energi ramah lingkungan, khususnya di bidang transportasi, pada tahun 2030 dengan meningkatkan penggunaan kendaraan listrik atau kendaraan listrik. Saya

Richmat Qaimuddin, Deputi Koordinator Bidang Infrastruktur dan Transportasi Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kimenko Marvis), mengatakan upaya tersebut dapat memberikan dampak positif pada kualitas udara, mengurangi emisi karbon, dan memberikan manfaat ekonomi kepada masyarakat luas manfaat untuk

Rachmat mengatakan: “Transisi kendaraan listrik di Indonesia merupakan peluang strategis bagi pertumbuhan ekonomi negara kita dan ketahanan energi karena kita menargetkan memiliki 13 juta kendaraan listrik 2W (roda dua) dan 2 juta kendaraan listrik 4W (roda empat) pada tahun 2030. adalah kendaraan listrik.) Kendaraan Listrik” di Jakarta pada Selasa (17/9/2024). Saya

Untuk meningkatkan kendaraan listrik di Indonesia, pemerintah masih perlu mendorong ketersediaan, keterjangkauan, serta infrastruktur yang baik dan keandalan kendaraan. Saya

Guna mempercepat transisi ke kendaraan listrik, Kementerian Koordinasi Kelautan dan Investasi (CAMICO MARVIS) mengadakan pertemuan dengan organisasi nirlaba global RMI (Rocky Mountain Institute) untuk meningkatkan kesiapan transisi ke kendaraan listrik (ENTREV). , bahasa Indonesia. Dana Lingkungan (IEF) dan Asosiasi Ekosistem Kendaraan Listrik (AEML). Saya

Pertemuan tersebut, mewakili pemerintah, produsen kendaraan listrik, penyedia infrastruktur, pemodal, operator armada dan lembaga think tank, terlibat dalam diskusi untuk merancang solusi dan mengembangkan kerangka kerja yang bisa diterapkan untuk mengatasi hambatan. Saya

Tak hanya itu, RMI dan IEF juga menandatangani Nota Kesepahaman pada pertemuan tersebut untuk mendukung Indonesia mencapai tujuan transisi energi bersih. Keterlibatan ini sangat penting untuk mendorong perubahan kebijakan dan mendukung tujuan Indonesia untuk menjadi pasar kendaraan listrik dan energi ramah lingkungan terkemuka di Asia Tenggara.

Agenda tersebut juga mengungkapkan strategi yang dapat ditindaklanjuti untuk meningkatkan adopsi kendaraan listrik di Indonesia untuk mencapai target ambisius yaitu memiliki 13 juta kendaraan listrik roda dua (e-2W) dan 2 juta kendaraan listrik roda empat (e-4W) pada tahun 2020. 2030.

Tidak dapat dipungkiri bahwa masih terdapat berbagai hambatan yang signifikan terhadap adopsi kendaraan listrik di Indonesia, antara lain pengembangan kebijakan, solusi pembiayaan, infrastruktur pengisian daya, serta partisipasi perusahaan dan konsumen. Kebijakan yang tepat

Pemerintah berkomitmen mendorong kebijakan terkait penggunaan kendaraan listrik di Indonesia, termasuk Peta Jalan Pengembangan Kendaraan Listrik hingga tahun 2030 melalui berbagai inisiatif. Kebijakan yang diterapkan juga berhasil mengundang investor untuk mendukung pengembangan kendaraan listrik.

Menteri Koordinator Perekonomian Erlinga Hartarto mengatakan pada konferensi Periklund Electric Vehicles (EV): “Kita tahu bahwa perkembangan kendaraan listrik tidak hanya menjadi tren global, tetapi juga merupakan bagian penting dari transisi perekonomian menuju perekonomian hijau dan berkelanjutan. Bahan-bahan.” Jumat 2024 (13/9/2024), demikian keterangan resmi.

Untuk mendukung investasi di sektor kendaraan listrik, pemerintah telah mengeluarkan kebijakan antara lain insentif bea masuk 0% bagi impor kendaraan listrik murni roda empat, insentif PPnBM bagi kendaraan listrik murni roda empat, dan insentif sepeda listrik murni 70% senilai Rp. Skema dan keberhasilan tersebut meningkatkan penjualan kendaraan listrik di Indonesia.

Data Gaikindo menunjukkan penjualan kendaraan listrik berbagai merek pada Januari hingga Juli 2024 sebanyak 17.826 unit, naik dua kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya.

“Teknologi kendaraan listrik berkembang sangat pesat, khususnya dalam pengembangan baterai dan jaringan pengisian daya yang efisien.” Teknologi baterai juga memiliki banyak keunggulan, salah satunya adalah ion natrium dan saat ini sedang dilakukan penelitian, kata Menko Erlanga.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel