Bisnis.com, JAKARTA – Grup Kalla melalui PT Bumi Mineral Sulawesi (BMS) sedang menyiapkan pabrik nikel sulfat yang akan menjadi bahan baku pembuatan baterai kendaraan listrik. Sementara itu, pabrik tersebut merupakan bagian dari pembangunan pengecoran tahap 1 yang dijadwalkan mulai beroperasi pada tahun ini.

Kepala Divisi Manajemen Strategis Grup Kalla, Muhammad Shobirin mengatakan, pengembangan rantai pasok bahan baku kendaraan listrik (EV) merupakan hasil kerja sama antara Kalla dan Eramet Bumi Sulawesi yang memproduksi baterai EV dari hulu hingga hilir. . .

“Kami mendukung ekosistem baterai EV karena sekarang mobil listrik sudah komersial, jadi kami ikut ekosistem baterai EV dan kami juga grosir, kami dealer sepeda motor di AS,” kata Shobirin di Jakarta, Selasa (11/6/2021). 2024).

Pabrik peleburan nikel sulfat yang terletak di Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan (Sulsel) masih dalam proses konstruksi dengan progres fisik sebesar 40% dan ditargetkan selesai pada akhir tahun ini.

Pabrik ini merupakan pabrik kedua di kawasan tersebut, setelah pabrik produk feronikel pertama selesai dibangun. Sebelumnya, Grup Kalla mulai menjajal grosir EV saat menjadi diler Sepeda Motor Listrik United di Makassar.

Direktur Pemasaran, Strategi & Digitalisasi Kalla Group Zumadi SM Anwar mengatakan, pihaknya mulai mengembangkan ekosistem EV seiring mulai maraknya tren EV di pasar domestik.

“Pertumbuhan ke depan adalah sepeda listrik dan United. Merek lain belum kita lihat, mungkin nanti, tapi kita fokus ke sana dulu,” jelasnya.

Sebelumnya, Jusuf Kalla yang merupakan ayah dari Chairman Kalla Group Sholihin Jusuf Kalla mengatakan pihaknya kini berupaya mengisi total empat pabrik di kawasan yang seharusnya diisi secara bertahap.

Pembangunan Pabrik 2 nikel sulfat, bahan baku pembuatan baterai mobil listrik, hampir selesai setengahnya dan diperkirakan akan beroperasi normal pada akhir tahun 2024, kata JK dalam keterangan resmi.

JK mengungkapkan, jika diperkirakan tenaga kerja yang terserap mencapai ribuan pekerja, rinciannya satu pabrik akan menyerap sekitar 1.000 orang.

“Kami memastikan semua pabrik pengecoran akan memprioritaskan pekerja rumah tangga. Kemungkinan besar mereka hanya menggunakan pekerja asal Tiongkok di bagian konsultasi,” ujarnya.

Sementara itu, Site Manager PT BMS Zulkarnain mengatakan, pabrik nikel sulfat ditargetkan selesai pada November 2024 dengan produksi baterai nikel sulfat. Pihaknya mengklaim, pabrik ini merupakan satu-satunya di Indonesia yang mampu mencetak nikel jenis tersebut.

Diharapkan pabrik ini dapat memproduksi sekitar 40.000 metrik ton nikel sulfat per tahun. Nilai investasinya diperkirakan mencapai Rp 1,5 triliun. “Untuk bijih nikelnya sendiri banyak kita temukan di Sultra, misalnya di Kolaka dan Kolaka Utara,” jelasnya.

Lihat berita dan artikel lainnya di Google Berita dan saluran WA