Bisnis.com, Jakarta – Kualitas udara di Indonesia, khususnya Jakarta, termasuk salah satu yang paling tercemar di dunia. Selain risiko kesehatan, program bayi tabung atau IVF dapat menurunkan peluang kelangsungan hidup bayi yang lahir melalui program bayi tabung.
Menurut Mayo Clinic, fertilisasi in vitro (IVF) adalah serangkaian prosedur kompleks yang membantu Anda hamil. Prosedur ini merupakan pengobatan infertilitas, suatu kondisi di mana sebagian besar pasangan gagal untuk hamil setelah mencoba selama setidaknya satu tahun.
Meski dengan pengobatan ini saja, peluang memiliki bayi sehat melalui program bayi tabung tetap bergantung pada banyak faktor, seperti usia dan infertilitas atau kemandulan. IVF juga melibatkan prosedur yang memakan waktu, mahal, dan invasif.
Namun menurut The Guardian, sebuah penelitian terbaru menemukan bahwa paparan polusi udara secara signifikan mengurangi kemungkinan kelahiran hidup setelah program bayi tabung. Studi ini juga menegaskan kekhawatiran tentang dampak kesehatan dari udara beracun.
Paparan polutan telah dikaitkan dengan peningkatan keguguran dan kelahiran prematur sebelumnya, dan partikel mikroskopis telah terbukti berpindah melalui aliran darah ke ovarium dan plasenta.
Namun, penelitian terbaru menunjukkan bahwa dampak polusi mungkin dimulai sebelum pembuahan dengan mengganggu perkembangan sel telur.
Penulis penelitian. Sebastian Leathersich, seorang dokter kandungan dan ginekolog di Perth, menemukan bahwa wanita yang terpapar polusi udara tingkat tinggi sebelum pengambilan sel telur memiliki kemungkinan sepertiga lebih kecil untuk berhasil hamil setelah transfer embrio beku dibandingkan wanita dengan tingkat polusi udara yang rendah. polusi
Polusi udara adalah salah satu ancaman utama terhadap kesehatan manusia dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan polusi udara bertanggung jawab atas 6,7 juta kematian pada tahun 2019.
Partikel mikroskopis juga dapat berpindah dari paru-paru ke aliran darah dan dibawa ke seluruh bagian tubuh, yang terbukti meningkatkan risiko penyakit jantung, kanker perut, dan demensia.
Polusi juga dikaitkan dengan rendahnya kecerdasan pada anak-anak.
“Polusi berdampak pada hampir setiap aspek kesehatan manusia, dan tidak mengejutkan saya jika polusi juga berdampak pada kesehatan reproduksi,” kata Leathersich.
Studi ini juga menganalisis perawatan kesuburan selama delapan tahun di Perth, termasuk transfer 3.659 embrio beku dari 1.836 pasien, dan melihat apakah hasilnya dikaitkan dengan tingkat polusi partikel halus.
Angka kelahiran hidup secara keseluruhan per hari transfer adalah sekitar 28%. Namun, tingkat keberhasilan bervariasi tergantung pada paparan polutan dua minggu sebelum pengumpulan telur.
Pada saat yang sama, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa membandingkan orang yang terpapar polusi rendah dan tinggi mengurangi kemungkinan kelahiran hidup sebesar 38%.
“Hasil ini menunjukkan bahwa polusi tidak hanya mempengaruhi kualitas sel telur pada tahap awal kehamilan, yang merupakan perbedaan yang tidak dapat dijelaskan sebelumnya,” kata Leathersick.
Tim peneliti kini berencana mempelajari sel secara langsung untuk memahami mengapa polutan memiliki efek buruk. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa partikel mikroskopis dapat merusak DNA dan menyebabkan peradangan jaringan.
Sebelumnya, Profesor Jonathan Grigg dari Queen Mary University of London juga membuktikan bahwa partikel polusi udara juga dapat ditemukan di plasenta.
Dia mengatakan penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa partikel bahan bakar fosil terhirup ke paru-paru dan disimpan di organ-organ di seluruh tubuh.
Oleh karena itu, kesehatan reproduksi kini secara resmi terdaftar sebagai dampak buruk dari partikel bahan bakar fosil, dan para pembuat kebijakan harus didorong untuk terus mengurangi polusi dan emisi kendaraan.
Profesor Geeta Nargund, direktur medis NHS dan ABC IVF dan Create Fertility, menambahkan bahwa ada kebutuhan untuk lebih memahami dampak polusi udara secara keseluruhan, khususnya di negara-negara dengan tingkat polusi tinggi dan status sosial ekonomi rendah.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA