Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Keuangan (Kemenku) di bawah kepemimpinan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indravati berencana mengambil langkah memblokir sementara anggaran kementerian/lembaga (K/L) atau secara otomatis melakukan penyesuaian anggaran tahun 2025. Aplikasi.
Febrio Kacaribu, Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan, mengatakan hal ini merupakan salah satu upaya mitigasi risiko untuk memastikan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (VSPB) tetap sehat dan andal.
“Ke depan kita bisa mengendalikan risiko [APBN] menggunakan SAL [kelebihan saldo anggaran] dan melakukan penyesuaian otomatis,” ujarnya dalam rapat Badan Anggaran DPR RI, Kamis (20/6/2024).
Pasalnya, APBN saat ini menghadapi dinamika global dan volatilitas harga komoditas yang masih tinggi. Di sisi lain, tren aktivitas BUMN dan perubahan iklim juga dapat mempengaruhi APBN.
Febrio mengatakan pemerintah akan mempertimbangkan lebih lanjut rencana tersebut dalam Rancangan Undang-Undang (RUU) APBN setelah komentar fiskal mendatang.
“Masih cukup umum, kita masih menunggu sampai 16 Agustus.” [Memorandum Keuangan], nanti kita lanjutkan pembahasannya dengan DPR,” lanjutnya.
Selain kebijakan pemblokiran anggaran, pemerintah akan menggunakan saldo anggaran lebih (SAL) dan pembagian beban dengan pemerintah daerah (PEMDA) untuk mengurangi risiko keuangan negara.
Ke depan, APBN akan terus berperan sebagai shock absorber untuk melindungi daya beli masyarakat melalui stabilisasi harga dan pengendalian inflasi.
Pemerintah juga menegaskan akan terus menjaga disiplin fiskal, dengan defisit maksimal 3 persen. produk domestik bruto (PDB), rasio utang sebesar 60 persen, dan keseimbangan primer surplus.
Saat ini, pemerintah bukanlah orang baru dalam kebijakan penyesuaian otomatis karena telah diterapkan selama beberapa tahun.
Dalam catatan DPR, kebijakan tersebut awalnya diambil oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indravati pada tahun 2021 memerangi pandemi Covid-19 senilai Rp58 triliun.
Kebijakan tersebut kemudian dilanjutkan pada tahun 2022. sebesar Rp 39,71 triliun, dan pada tahun 2023 mencapai Rp 50,23 triliun mengingat masih adanya potensi ketidakpastian perekonomian dari sudut pandang global.
Sementara Sri Mulyani memblokir anggaran K/L sebesar Rp50,15 triliun pada tahun ini karena kondisi geopolitik.
Penyebab lainnya adalah belanja K/L yang tidak pernah mencapai 100% di akhir tahun sehingga anggaran untuk kegiatan yang tidak prioritas bisa diblokir sementara dan diasumsikan tidak akan membuat perekonomian terpuruk.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel