Bisnis.com, Banyuwangi – Dengan diterapkannya Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) yang pertama yaitu nihil kemiskinan, pemberantasan kemiskinan menjadi perhatian pemerintah dan organisasi internasional Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Arif Budimanta, Staf Khusus Presiden RI Bidang Perekonomian, mengungkapkan rencana pemerintah untuk menurunkan kemiskinan ekstrem hingga nol. Mereka percaya bahwa strategi ini dapat didukung dengan mengurangi pengeluaran, meningkatkan pendapatan melalui program energi, dan memperbaiki lingkungan atau wilayah miskin.

Arif mengatakan dalam “Diskusi Media: Mengakhiri Kemiskinan Ekstrim di Banyuwangi” bahwa “Indonesia tidak boleh tumbuh terlalu besar, tapi juga harus inklusif, salah satunya melalui program pengentasan kemiskinan, kemiskinan ekstrim, dan kemiskinan umum.”

PT Permodalan Nasional Madani (PNM) merupakan salah satu pihak yang diberi mandat untuk mendukung perluasan investasi. Melalui program PNM Mekaar (Penguatan Kekayaan Rumah Tangga), diberikan dukungan dana dan usaha kepada perempuan miskin agar mereka dapat berdaya dan lepas dari kemiskinan dan kemiskinan ekstrem.

PNM mengajak media untuk melihat sendiri kemiskinan ekstrem yang ada di Banyuwangi. Diketahui, kemiskinan ekstrem di Kabupaten Banyuwangi sendiri mencapai 0,29%, Provinsi Jawa Timur sebesar 0,66%, dan kemiskinan nasional sebesar 0,83%.

Jurnalis diajak berbincang langsung dengan salah satu lansia penerima manfaat program Rantang Kasih, Mbah Marinah, seorang nenek berusia 103 tahun sekaligus donatur pangan UMKM pendukung program Rantang Kasih. Rantang Kasih sendiri merupakan program pemberian makanan sehat siap saji kepada lansia setiap hari.

Tujuan perjalanan tersebut antara lain Ny. Sa’adi, klien PNM Mekaar. Awalnya Ibu Saadi adalah seorang pemburu sapu di hutan, ia tinggal di Dusun Telemungsari, Kalipuro, Banyuwangi. Ketika ia sudah tua, ia harus tetap menjadi tulang punggung keluarga untuk mengasuh anak dan cucunya. Akhirnya ia menemui PNM Mekaar dan meminta pinjaman untuk membeli daun pakis dari para buruh tani dan menjualnya.

Sejak awal, usaha Saadi kini membutuhkan beberapa kerabatnya untuk membantunya mengolah pakis. Usahanya membantu cucunya bersekolah secara teratur dan memenuhi kebutuhan keluarganya.

Arief Mulyadi yang merupakan CEO PNM berharap pemberian sumber daya finansial, intelektual, dan sosial melalui program PNM Mekaar dapat menjadi solusi bagi kelompok mandiri untuk meningkatkan taraf hidupnya. Ia percaya bahwa dinamika kelompok dapat mendorong reformasi sosial dan meningkatkan peran anggota dalam membantu satu sama lain untuk meningkatkan bisnis.

“Yang bergerak di kelas sebaiknya tetap berada di lingkungan. Kalau bisa yang besar akan menarik yang kecil,” kata Arif. Sistem kelompok merupakan cerminan budaya gotong royong masyarakat Indonesia, sehingga penting bagi seluruh nasabah PNM Mekaar untuk selalu bersatu.

Sejak didirikan pada tahun 2015, PNM telah memberikan dukungan kepada lebih dari 20 juta perempuan di seluruh Indonesia. Saat saya bergabung dengan Super Micro Holdings, layanan keuangan yang diberikan telah berkembang secara signifikan.

“Sudah 1,7 juta nasabah PNM yang beralih ke BRI atau Pegadaian. “Kami akan membantu 400.000 pimpinan grup (nasabah PNM Mekaar) menjadi agen BRLink Mekaar untuk meningkatkan pendapatannya.

Arif Budimanta juga memuji program PNM Mekaar yang telah memberdayakan perempuan dan upayanya keluar dari kemiskinan. Menurutnya, keberagaman kelompok mendorong pembelajaran sehingga bisa bekerja sama untuk meningkatkan kehidupannya.

“Karena berasal dari kelompok peserta yang berbeda-beda, ada yang miskin ekstrem, ada pula yang mungkin dari kalangan menengah. Di situlah terjadi pembelajaran. Yang berani mencoba, dialah yang belajar dan menarik anggota kelompok lain”. Ali Suami menjelaskan.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel