Bisnis.com, JAKARTA — Lemahnya kondisi pasar saham dan obligasi membuat investor perlu lebih berhati-hati dalam memilih instrumen investasi reksa dana. Pasalnya, kinerja imbal hasil reksa dana tidak lepas dari kinerja aset yang mendasarinya.

Berdasarkan data Infovesta periode 22-31 Mei 2024, kinerja return reksa dana bervariasi. Reksa dana yang mencatatkan return negatif tertinggi adalah reksa dana saham sebesar -2,30%, disusul kinerja reksa dana campuran yang turun -1,17%.

Kemudian indeks reksa dana pendapatan tetap turun -0,02%. Sementara hanya reksa dana pasar uang yang mencatatkan return positif sebesar +0,11%.

Wakil Presiden Infovesta Wawan Hendrayana mengatakan pasar saham saat ini sedang berada dalam tekanan, tercermin dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang turun 2,70% dalam sepekan ke level 6.947,67 pada perdagangan Rabu (6/5). Secara year-to-date (YTD), IHSG juga melemah 4,47%.

“Penurunan indeks dipicu setelah Bursa Efek Indonesia [EIB] mengumumkan emiten Prajogo Pangestu, PT Barito Renewables Energy Tbk. [BREN], sebagai salah satu perusahaan dengan kapitalisasi pasar terbesar bagi IHSG, telah bergabung penuh dalam Dewan Pemantau Khusus. panggilan lelang,” kata Wawan saat berkunjung ke Wisma Bisnis Indonesia, Rabu (6/5/2024).

Mengingat BEI menempatkan saham BREN milik konglomerat Prajogo Pangestu dalam lelang full call PPK pekan lalu, Rabu (29/5/2024). Sepekan ini, saham BREN ambles 26,67% ke Rp 7.425 per saham hari ini, Rabu (5/6).

Lebih lanjut, dari sisi kapitalisasi pasar, BREN juga turun signifikan setelah memasuki lelang full call PPK. Padahal, dulunya saham BREN memiliki kapitalisasi pasar terbesar di Bursa, melampaui BBCA milik Hartono bersaudara.

Sementara itu, IHSG juga tertekan aksi jual investor asing. Pada Rabu (5/6) asing mencatatkan penjualan bersih sebesar Rp567,65 miliar dan secara year-to-date penjualan asing tercatat sebesar Rp7,1 triliun.

Di pasar obligasi, Infovesta Treasury Bond Index turun -0,01% menjadi 10.237 poin. Dengan demikian, imbal hasil obligasi pemerintah (SUN) tenor 10 tahun meningkat 8,7 basis poin menjadi 7,03%, dan imbal hasil obligasi Treasury AS tenor 10 tahun meningkat 5,2 basis poin menjadi 4,50%.

Menurut Wawan, pasar obligasi masih dipengaruhi oleh sentimen politik Bank Sentral AS atau The Fed. Untuk saat ini, The Fed masih mempertahankan suku bunga antara 5,25% hingga 5,5%.

Ekspektasi pasar terhadap potensi penurunan suku bunga The Fed mulai bergeser pada September hingga November 2024, tutup Wawan.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel