Bisnis.com, JAKARTA – PT Pertamina (Persero) menegaskan energi panas bumi menjadi landasan pengembangan bisnis energi baru terbarukan (EBT) saat ini.
Wakil Presiden Corporate Social Responsibility (CSR) dan Program Kemitraan Usaha Kecil dan Menengah (SMEPP) Fajriyah Usman mengatakan, potensi sumber daya panas bumi yang dimiliki Pertamina cukup tinggi.
“Yang terbesar adalah energi panas bumi yang menjadi basis energi baru terbarukan (EBT) kita,” ujarnya dalam acara Bisnis Indonesia Midyear Challenges (BIMC) 2024 di Jakarta, Senin (29/7/2024).
Selain itu, menurut Fajriyah, Pertamina juga sedang mengembangkan beberapa area bisnis baru untuk mendukung portofolio bisnis EBT perseroan. Misalnya, ia mencontohkan perkembangan biofuel di banyak kendaraan dan pesawat terbang.
“Kami juga mengembangkan bisnis lain – biofuel untuk kendaraan bermotor dan pesawat terbang. Kami sudah mengujinya dengan Garuda Indonesia sehingga kami bisa terbang menggunakan bahan bakar jet yang berkelanjutan,” ujarnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, PT Pertamina panas bumi energi Tbk. (PGEO, atau PGE) mencatat total potensi sumber daya panas bumi yang dimiliki perseroan mencapai 3 gigawatt (GW).
Sementara total potensi sumber daya panas bumi merupakan hasil kajian potensi 10 Wilayah Kerja Panas Bumi (GWP) yang saat ini dikelola PGE.
“Angka ini mungkin akan diperbarui setelah dilakukan penyelidikan lebih lanjut,” kata Direktur Utama PGE Julfi Hadi saat dihubungi, Selasa (16/07/2024).
Julfi mengatakan, perseroan akan terus melakukan penelitian dan pengembangan secara intensif di seluruh WKP yang dimilikinya.
Saat ini PGEO mempunyai total kapasitas sebesar 1.887 megawatt (MW) yang berasal dari 13 wilayah kerja panas bumi, 672 MW dari operasi sendiri dan 1.205 MW kontrak dengan pelanggan.
“Unit 7 dan 8 lapangan panas bumi Lahendong telah menyelesaikan tahap pengeboran 2 sumur eksplorasi dan saat ini sedang dalam tahap uji coba produksi,” ujarnya.
Penafian: Berita ini tidak dimaksudkan untuk mendorong pembelian atau penjualan saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas segala kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel