Bisnis.com, Jakarta – Para ekonom memperkirakan pertumbuhan ekonomi tidak akan melebihi 5,1% pada kuartal III-2024, sedangkan pertumbuhan akan melambat menjadi 5,05% secara tahunan (year-on-year) pada kuartal II-2024.

Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) David Sumual memperkirakan hingga sisa tahun 2024, perekonomian Indonesia akan tumbuh antara 4,9% hingga 5,1%, meski ada persiapan menuju pemilihan kepala daerah (Pilkada).

Pilkada akan menjadi katalis, namun dampaknya tidak sebesar pemilu Februari lalu, ujarnya kepada Bisnis, Senin (5/8/2024). 

Pada triwulan I tahun 2024, perekonomian tumbuh sebesar 5,11%, salah satunya disebabkan oleh belanja LNPRT menjelang pemilu yang tumbuh sebesar 24,29%.

Sementara itu, Ekonom Makroekonomi dan Keuangan LPEM FEB UI Teuku Rifki menilai, pada tahun 2024 dan seterusnya, perekonomian Indonesia tidak selalu bisa mengandalkan faktor musiman untuk mendukung pertumbuhannya. 

“Kami memperkirakan PDB akan tumbuh sebesar 5,1% sepanjang tahun 2024 [estimasi estimasi dari 5,0% menjadi 5,1%],” tulisnya dalam keterangan resmi, dikutip Senin (5/8/2024). 

Oleh karena itu, Rifki mendorong pemerintah untuk mengatasi masalah produktivitas secara keseluruhan dan memprioritaskan penciptaan lapangan kerja di sektor-sektor yang bernilai tambah tinggi.

Sementara itu, inflasi sektoral diperkirakan akan mengalami fluktuasi moderat, namun kisaran target BI akan tetap berada di kisaran 1,5% hingga 3,5% sepanjang tahun 2024. 

Namun, beberapa risiko dapat menimbulkan tekanan inflasi. Pertama, BPS memproyeksikan penurunan produksi padi pada Juni-Oktober 2024 sebesar 40-50% dibandingkan masa panen April-Mei 2024 yang berpotensi mendorong kenaikan harga beras. 

Jadi, melemahnya rupee dapat berkontribusi terhadap inflasi impor, karena melemahnya mata uang membuat barang impor lebih mahal di dalam negeri. Faktor-faktor ini secara kolektif menyoroti beragamnya sifat tekanan inflasi yang memerlukan pemantauan cermat dan respons kebijakan yang tepat. 

Kepala Ekonom PT Bank Permata Tbk. Josua Pardede memperkirakan dampak aktivitas liburan pada paruh kedua tahun 2024 akan lebih moderat dibandingkan dengan 1H24. 

Pasalnya, pada Semester II/2024 hanya terdapat empat hari libur nasional dibandingkan Semester I/2024 yang berjumlah 13 hari libur nasional. Akibatnya, terdapat potensi penurunan mobilitas masyarakat dan berkurangnya aktivitas rekreasi. 

Senada dengan David, Josua juga menilai belanja pemilu daerah akan berdampak lebih kecil dibandingkan belanja pemilu.

Selain itu, Josua melihat potensi pertumbuhan PMTB yang signifikan pada paruh kedua, terutama karena meningkatnya kepastian pasca pemilu dan kemungkinan penurunan suku bunga kebijakan global yang lebih tinggi, yang dapat menarik lebih banyak investasi. 

“Sepanjang tahun 2024, kami masih memperkirakan perekonomian Indonesia akan tumbuh sebesar 5% hingga 5,1% yang didukung oleh berbagai langkah perekonomian yang bertujuan untuk merangsang permintaan domestik, termasuk konsumsi dalam negeri dan aktivitas investasi,” jelasnya.  

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel