Bisnis.com, JAKARTA – ASEAN+3 Macroeconomic Research Office (AMRO) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi negara-negara di kawasan Asia Tenggara, serta China, Jepang, dan Korea Selatan atau yang disebut ASEAN+3 akan mencapai 4.2 sudah cukup. persen pada tahun 2024 dan menguat menjadi 4,4 persen pada tahun 2025.

Proyeksi pertumbuhan ekonomi kawasan ini 4,4% di bawah perkiraan sebelumnya yang dirilis pada Juli 2024.

Kepala Ekonom AMRO Hoe Ee Hor menjelaskan negara-negara Plus-3, yaitu perekonomian Tiongkok; Hongkong, Jepang; Di Korea Selatan diperkirakan tumbuh sebesar 4,1 persen. Sementara negara-negara ASEAN diperkirakan tumbuh sebesar 4,7 persen pada tahun ini.

“Pertumbuhan kawasan ini akan didukung oleh berlanjutnya pemulihan perdagangan luar negeri, stabilitas permintaan dalam negeri, dan peningkatan pariwisata akibat pelonggaran kebijakan visa di sejumlah negara,” kata Hor dalam jumpa pers virtual, Kamis (3 Oktober). 2024). .

Khor menjelaskan, Vietnam akan menjadi negara dengan tingkat pertumbuhan terbaik di antara negara-negara ASEAN+3 dengan angka 6,2% pada tahun 2024. Filipina dan Kamboja berada di urutan berikutnya dengan prediksi masing-masing sebesar 6,1% dan 5,6%.

Selain itu, Indonesia diperkirakan memiliki pertumbuhan ekonomi sebesar 5,1%, disusul Tiongkok (5%), Malaysia (4,7%), Laos (4,5%), Brunei Darussalam (4%), Hong Kong, Tiongkok (3,3). %), Thailand. (2,8%), Korea Selatan (2,5%), Singapura (2,4%), Myanmar (1,8%) dan Jepang (0,5%).

Sementara itu, tingkat inflasi negara-negara ASEAN+3 diperkirakan mencapai 4,9 persen pada tahun 2024 dan menurun menjadi 4,1 persen pada tahun 2025. Tingkat inflasi negara-negara kawasan Asia Tenggara akan sebesar 6,1 persen pada tahun 2024 dan akan menurun menjadi 4,9 persen. pada tahun 2025.

Pada saat yang sama, tingkat inflasi negara-negara Plus 3 diperkirakan meningkat menjadi 1,8% pada tahun 2024 dan 2% pada tahun 2025. Risiko Ekonomi ASEAN

Terdapat beberapa risiko terhadap prospek pertumbuhan ekonomi ASEAN+3 untuk sisa tahun 2024 dan sepanjang tahun 2025, lanjut Chorus. Pertama, perlambatan tajam pertumbuhan di AS dan Eropa. Hoar mengatakan data pasar tenaga kerja AS pada bulan Juli dan PMI manufaktur yang lebih lemah dari perkiraan pada bulan Agustus menimbulkan kekhawatiran terhadap perlambatan pertumbuhan AS.

“Hal ini mungkin mempengaruhi pemulihan tingkat ekspor,” kata Khor.

Sementara itu, pemulihan ekonomi Eropa yang lemah menghadapi risiko kenaikan biaya energi dan pengiriman akibat meningkatnya ketegangan perdagangan global dan konflik geopolitik.

Selain itu, koreksi berkepanjangan di sektor real estate dapat menghambat pertumbuhan ekonomi Tiongkok. Khor mengatakan, jika tren perlambatan pertumbuhan ekonomi di Tiongkok terus berlanjut, maka dampaknya terhadap kawasan Asean akan terasa melalui menurunnya nilai perdagangan, investasi, dan pariwisata.

Ketidakstabilan pasar keuangan juga harus diwaspadai oleh negara-negara kawasan ASEAN+3. Hor mengatakan, koreksi pasar yang tajam namun berumur pendek yang terjadi pada Agustus 2024 merupakan pengingat akan risiko gelombang lebih lanjut di pasar keuangan.

Ke depan, katanya, ketidakpastian seputar prospek kebijakan moneter AS dan potensi pelonggaran lebih lanjut pada pemilihan presiden mendatang dapat membebani pasar dan meningkatkan tekanan pada pasar keuangan.

Selain itu, kenaikan harga komoditas dan biaya transportasi global juga akan berdampak pada negara-negara di kawasan ASEAN+3. Hor menambahkan bahwa siklus cuaca La Nina yang tidak dapat diprediksi dapat mengganggu pasokan pangan, sementara ketegangan geopolitik dapat mempengaruhi harga energi dan biaya logistik.

Selain itu, pemilihan presiden AS pada bulan November akan berdampak pada kawasan lain, termasuk negara-negara ASEAN+3, terutama jika hasilnya meningkatkan ketegangan perang dagang antara AS dan Tiongkok.

“Kenaikan tarif dapat secara signifikan menghambat prospek pertumbuhan regional pada tingkat yang berbeda-beda, tergantung pada besarnya.” Menurut perkiraan kami, skenario terburuk dengan tarif yang lebih tinggi dapat menurunkan pertumbuhan ekonomi ASEAN+3 hampir 1 persen,” tutupnya.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA channel