Bisnis.com, Jakarta – Penerbit Grup BUMN, PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGEO) menandatangani perjanjian konsorsium kerjasama co-generasi dengan PT PLN Indonesia Power. 

Pembentukan konsorsium PGEO dengan anak perusahaan PT Perusahaan Perusahaan Perusahaan Alerang Negara (Persero) atau PLN bertujuan untuk meningkatkan kapasitas eksisting di beberapa pembangkit panas bumi PGE melalui proses co-generasi.

Potensi tambahan tenaga panas bumi melalui program kogenerasi mencapai 230 megawatt (MW). 

“Sebagai penggerak utama pengembangan sektor panas bumi, PGE berkomitmen untuk bersinergi dengan berbagai pihak,” kata Zulfi Hadi, CEO PGEO, dalam siaran pers, Senin (23/9/2024). 

PGEO menandatangani konsorsium dengan PLN Indonesia Power minggu lalu selama Konvensi dan Pameran Panas Bumi Internasional Indonesia (IIGCE) 2024. 

Tahap awal kerja sama co-generasi ini akan meningkatkan kapasitas sebesar 45 MW untuk proyek PLTP Lahendong Binary Unit (15 MW) dan PLTP Ulubela Binary Unit (30 MW) dengan nilai investasi sebesar US$165 juta. 

“Melalui kerja sama dan teknologi terkini, kita dapat memaksimalkan potensi energi panas bumi Indonesia,” kata Zulfi. 

Saat itu, PGEO juga menandatangani nota kesepahaman atau MOU dengan Geothermal Development Company (GDC), badan usaha milik pemerintah Kenya. 

PGEO dan GDC berkolaborasi dalam penelitian pengembangan lapangan panas bumi Suswa. Potensi kapasitas proyek ini di Kenya mencapai 100 MW. 

Seperti diberitakan sebelumnya, PGEO akan meningkatkan penyerapan belanja modal (capex) pada paruh kedua tahun ini. 

Rencananya belanja modal akan difokuskan pada beberapa proyek pembangunan seperti Proyek Lumut Balai Unit 1 dan 2, Proyek Hululais, Lahendong Unit 7 dan 8, Proyek Kamojang, Ulubelu dan Kotamabagu. 

“Kami yakin pertumbuhan organik akan menyerap sebagian besar modal yang telah kami alokasikan sebelumnya,” kata Zulfi saat dikonfirmasi, Kamis (15/06/2024). 

Seperti diketahui, penyerapan biaya modal selama Semester I/2024. Hanya mencapai US$51,96 juta atau setara Rp 839,15 miliar (asumsi nilai tukar Rp 16.150 per dolar AS).

Serapan belanja dalam anggaran tersebut sebesar 21,03% dari total alokasi belanja modal PGEO tahun ini yang berjumlah 247 juta dolar AS atau sekitar Rp 3,98 triliun. 

Pada periode tersebut, serapan belanja modal sebesar US$28,87 juta untuk Proyek Lumut Balai Unit 1 dan 2, Proyek Hululais, Eksplorasi Kotamabagu, Eksplorasi Lahendong Unit 7 dan 8 serta WK baru dan eksisting dimasukkan dalam pengembangan usaha Selesai. Proyek Eksplorasi.

Selain itu, belanja pembangunan non-komersial untuk pemeliharaan di lokasi Kamojang, Lahendong, Ulubelu, Karaha, Sibayak dan Lumut Balai sebesar US$23,09 juta. 

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel