Bisnis.com, BADUNG – Emiten Grup Pertamina, PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGEO) meminta dukungan dari pemerintah Kenya dalam bentuk penyesuaian atau insentif yang diperlukan bagi perusahaan.

Sekadar informasi, perseroan bersiap menindaklanjuti nota kesepahaman (MoU) antara Kementerian ESDM dengan Kementerian ESDM Kenya pada Agustus 2023. Saat itu, Kenya menawarkan kerja sama antara Geothermal. Development Company (GDC) dan PGEO untuk mengembangkan lapangan Suswa. 

Ketua dan Direktur Pertamina Geothermal Energy Julfi Hadi mengatakan pihaknya sedang mengkaji rencana insentif Kenya yang diharapkan menarik. 

Sayangnya, ia enggan membeberkan insentif tersebut karena pihaknya harus melakukan uji tuntas terlebih dahulu, namun Julfi menaruh harapan besar.

“Pada dasarnya kita akan mencari return minimum yang bisa kita terima di sana, kita tidak bisa begitu saja menekan biaya modal, pemerintah harus membantu. Harus ada insentif regulasi untuk bisa mencapai ekspektasi return minimum,” ujarnya. ungkap Bisnis di luar agenda Indonesia-Africa Forum 2024, Selasa (3/9/2024).

Selain itu, terkait dampak perang Timur Tengah terhadap bisnis panas bumi, ia mengatakan perusahaan tetap mewaspadai dampak samping konflik tersebut. Untungnya, menurut dia, PGE mampu memperkirakan dampak tersebut.

Dan untuk mitigasinya kita, di dalam PGE ada Masdar yang kuat di Afrika, kita juga akan punya partner lokal.” , kalau kita maju, ya pastilah,” ujarnya. 

Julfi mengatakan, rencana kerja sama dengan GDC akan dilanjutkan dengan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) pada Indonesia International Geothermal Convention and Exhibition (IIGCE) di Jakarta pada 18 September 2024. 

Setelahnya, PGEO akan mempercepat penyelesaian due diligence agar pengeboran proyek Suswa bisa dimulai pada akhir kuartal II 2025. “Suswa punya sumber daya hingga 300 MW, tapi kami laksanakan secara bertahap.” kata Julfi.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel